Jakarta (ANTARA) - Sejumlah mahasiswa yang menderita luka memberi kesaksian terkait dengan pemicu bentrokan demonstran dengan polisi di lintasan Tol Dalam Kota Jakarta, kawasan Slipi, Selasa.

"Saat itu sekitar jam 17.30 WIB ribuan mahasiswa bergerak dari kawasan Palmerah menuju flyover Tol Slipi untuk berkumpul," kata mahasiswa Universitas Indraprasta Jakarta Syauqi Maroghi di Rumah Sakit Mintohardjo Jakarta.

Saat itu ribuan mahasiswa dari berbagai kampus bergerak menuju lintasan tol untuk melumpuhkan akses lalu lintas.

Baca juga: Korban kericuhan demonstrasi akibat gas air mata hingga goresan kawat

"Karena massa di depan Gedung DPR/MPR RI sudah membeludak, massa di kawasan Palmerah naik ke lintasan tol. Memang niatnya untuk memblokade jalan," katanya.

Mahasiswa semester tujuh Jurusan Informatika itu berada di barisan depan massa bersama rekannya bernama Herdian.

"Pertama-tama, saya di barisan paling depan sama Herdian, pas di pertengahan, massa dari Universitas Indonesia (UI) mundur, sepertinya mereka sudah lelah," katanya.

Saat itu Syauqia bertanya kepada koordinator lapangan apakah massa dari Unindra tetap maju atau mundur.

"Korlap minta kami tetap maju," katanya.

Baca juga: Bakar barier, demonstran blokade jalan di bawah "flyover" Senayan

Beberapa menit kemudian, kata dia, terdengar suara letusan gas air mata sebanyak tiga kali. Namun, Syauqi dan Herdian bersama mahasiswa lainnya tetap berusaha masuk ke lintasan tol.

Herdian menjadi korban tembakan gas air mata di bagian kuping saat polisi menembakkan selongsong dari jarak sekitar 10 meter di lintasan tol.

"Saya lagi mau lari, tembakannya asal-asalan. Saya kena di kuping kanan, langsung pingsan," kata Herdian usai dirawat di IGD RS Mintohardjo.

Herdian kemudian dievakuasi sejumlah demonstran menggunakan angkot menuju Gedung TVRI sekitar 200 meter dari tempat kejadian.

"Tidak ada ambulans yang bisa tembus ke tempat kejadian. Akhirnya saya diantar ambulans TVRI ke rumah sakit," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019