Ambon (ANTARA News) - Walikota Ambon, Jopie Papilaja, menegaskan, banjir dan tanah longsor yang melanda Kota Ambon, akibat hujan lebat yang mengguyur wilayah ini, Selasa (1/7) lalu, dikarenakan beralih fungsinya lahan dari daerah konservasi dan kawasan resapan air menjadi pemukiman penduduk.
"Bukit-bukit yang menjadi kawasan konservasi sudah berubah fungsi, sehingga air hujan tidak bisa lagi meresap ke dalam tanah, tetapi langsung mengalir bersama lumpur," ujar Papilaja, saat dikonfirmasi, di Ambon, Kamis.
Selain itu, sistem drainase di pusat Kota Ambon juga rusak sehingga tidak mampu menampung volume air hujan, dan kondisi ini diperparah lagi dengan sampah yang tersumbat pada saluran-saluran air, yang dibuang masyarakat begitu saja.
Menurut Papilaja, bencana ini tidak akan terjadi jika warga di ibukota provinsi Maluku itu, memiliki kesadaran tinggi terhadap lingkungan dan patuh terhadap peraturan yang dibuat Pemkot Ambon, khususnya larangan membangun rumah pada lereng-lereng bukit dan kawasan konservasi.
"Pemerintah Kota sudah melarang pembangunan rumah di lereng-lereng bukit, tetapi masyarakat tetap saja bangun rumah. Jadi kalau longsor itu resiko mereka, apalagi dibangun tanpa izin. Nanti kalau sudah terjadi bari Pemkot yang terus disalahkan," ujar Papilaja.
Papilaja menambahkan, bukan cuma dampak yang diatasi tetapi penyebab juga harus ditanggulangi. Jika untuk mengatasi bencana banjir dan longsor, daerah-daerah resapan air harus tetap dijaga, maka ada dua pilihan bagi warga kota Ambon, yakni tidak boleh lagi ada pembangunan baru pada daerah-daerah resapan air dan bangunan-bangunan liar pada perbukitan harus digusur.
"Tetapi langkah ini butuh dukungan masyarakat. Kalau Pemkot Ambon melakukan penggusuran digusur dukung dong, jangan sebaliknya," tandas Walikota.
Guna mengatasi berubahnya fungsi lahan yang semakin parah di ibukota provinsi ini, Pemerintah kota Ambon mulai membuka sentra-sentra ekonomi baru pada daerah-daerah pinggiran kota, sehingga pemukiman penduduk tidak lagi terpusat di kota, salah satunya dengan membangun Terminal Transit di Desa Passo, Kecamatan Baguala, yang kini masih dalam tahap pekerjaan.
"Mudah-mudahan kebijakan ini mampu mengatasi dampak penyerobotan lahan di kawasan perbukitan dan lahan konservasi di pusat kota Ambon, dan pertumbuhan pemukiman akan diarahkan ke daerah pinggiran," ujar Papilaja.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008