Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Ristek merekomendasikan kerja sama riset dengan AS dalam proyek unit penelitian medis Angkatan Laut AS (Naval Medical Research Unit Two (Namru-2), dibekukan, lalu dibuat perjanjian baru dengan prinsip kemitraan yang setara."Benar, kita sudah punya kemampuan untuk memiliki lembaga riset sekelas Namru," kata Menristek Kusmayanto Kadiman menjawab pertanyaan dalam Raker dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Kamis.Dari sisi SDM, ujarnya, Indonesia sudah memiliki kemampuan, sementara soal fasilitas riset yang dibutuhkan yakni yang memenuhi persyaratan biosafety level free, Indonesia juga sudah mempunyai tiga unit dan akan ditambah dua lagi di Depkes dan Deptan.Pilihan berupa "pembekuan lalu dibuat perjanjian baru" tersebut adalah pilihan kedua di antara tiga pilihan yang ditawarkan yakni, pilihan pertama, berhenti total dan pilihan ketiga jalan terus dengan kemitraan setara.Namun, ia mengingatkan, Namru-2 dibentuk pada 16 Januari 1970 ketika Indonesia belum mempunyai fasilitas riset serta kemampuan SDM yang baik, pembentukannya juga atas permintaan Depkes pada tahun 1968. Dalam perjanjian kerjasama tersebut, lanjut dia, disebutkan bahwa Namru-2 akan terus berlanjut sampai ada pihak yang meminta kerjasama dihentikan, namun permintaan itu harus diusulkan 60 hari sebelum pembekuan. "Tapi sampai sekarang belum ada pihak yang meminta." Menurut dia, kerja sama itu dilakukan karena Indonesia menginginkan kemitraan internasional yang baik. "Bagaimanapun kerja sama itu ada untungnya juga asal kita juga pintar, mereka punya fasilitas yang bisa dipakai serta pengalaman yang lebih banyak yang bisa dibagikan kepada kita," katanya dan menambahkan bahwa AS sudah pasti diuntungkan dengan proyek Namru-2 karena AS tak memiliki kondisi alam tropis yang bisa dijadikan lokasi risetnya. Kementerian Ristek sendiri tidak memiliki kerjasama langsung dengan Namru-2 karena kerja sama dilakukan melalui Lembaga Eijkman. Dalam penelitian bersama tersebut peneliti Eijkman dan Namru-2 bekerja pada lab masing-masing tanpa ada pertukaran peneliti dan hasil risetnya dipublikasikan bersama pada majalah ilmiah internasional. Topik kerja sama penelitian berkisar pada penyakit tropis menular seperti malaria dan dilakukan pada lokasi-lokasi seperti Papua Barat, Pulau Nias, Pulau Sumba dan Jawa Tengah.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008