Lembaga-lembaga internasional kembali melakukan revisi atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global

Jakarta (ANTARA) - Langkah Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan diyakini bakal memacu pertumbuhan ekonomi nasional karena berpotensi mendorong semakin bergairahnya aktivitas perekonomian domestik.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan di Jakarta, Selasa, mengatakan, dengan menurunnya tingkat suku bunga ini diharapkan akan lebih mudah bagi bank dalam memberikan pinjaman sekaligus membantu mendorong pertumbuhan sektor usaha di tengah masyarakat serta mendukung kondusivitas iklim berusaha.

Namun demikian, lanjut Pingkan, pertumbuhan kredit masyarakat pun juga diharapkan bertumbuh dalam kondisi yang stabil.

Baca juga: INDEF: Penurunan suku bunga acuan dongkrak sektor konsumsi

"Pertumbuhan perekonomian global diproyeksi kembali melesu. Lembaga-lembaga internasional kembali melakukan revisi atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Baru-baru ini OECD merevisi pertumbuhan ekonomi global dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen," katanya.

Ia mengingatkan bahwa hal serupa juga sudah dilakukan oleh dua institusi Bretton Woods, yaitu International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia yang masing-masing merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi pada paruh pertama tahun 2019 ini.

Bulan Juli yang lalu IMF mengumumkan bahwa perkiraan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan berada pada angka 3,2 persen dari yang semula 3,3 persen untuk tahun ini. Sedangkan Bank Dunia telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semula dirilis berada pada angka 2,9 persen menjadi hanya 2,6 persen.

Menurut Pingkan, terjadinya revisi pada perkiraan pertumbuhan ekonomi global ini disebabkan beberapa faktor yang memengaruhi dinamika keuangan global, seperti volatilitas pasar akibat adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang tidak kunjung berakhir.

Selain itu, ujar dia, kondisi geopolitik lainnya seperti fenomena Brexit yang semakin dekat dengan tenggat waktu yang telah ditentukan Uni Eropa, serta kondisi pasar yang tidak stabil di beberapa negara seperti Turki, Argentina, Iran dan Venezuela.

Sebelumnya, BI kembali menurunkan suku bunga acuan, BI 7 days Reverse Repo Rate pada pertengahan bulan September ini sebesar 25 basis poin dari yang semula berada pada level 5,50 persen menjadi 5,25 persen.

Sebagaimana diwartakan, Kementerian Keuangan menganggap banyak insentif fiskal sudah diberikan untuk menahan dampak negatif perlambatan ekonomi dunia sekaligus mengakselerasi pemulihan perekonomian domestik.

Hal itu dianggap dapat melengkapi stimulus yang diberikan Bank Indonesia, dengan tiga kali pemangkasan suku bunga acuan hingga menjadi 5,25 persen dan menurunkan uang muka kredit perumahan dan kredit kendaraan bermotor.

Baca juga: Darmin Nasution: Suku bunga acuan turun, dongkrak kemampuan meminjam
Baca juga: Menkeu: penurunan suku bunga The Fed untuk antisipasi perlemahan

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019