ada penelitian yang melaporkan bahwa 40 persen sumber protein penduduk Indonesia berasal dari padi

Purwokerto (ANTARA) - Pakar pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof Totok Agung Dwi Haryanto mendukung penyediaan beras fortifikasi oleh Perum Bulogyang bekerja sama dengan salah satu perusahaan penyedia kernel fortifikan.

"Fortifikasi beras bertujuan untuk meningkatkan mutu beras. Saya setuju dan mendukung beras fortifikasi ini selama aspek penjaminan mutu proses dan produk dapat dijaga dan dijamin," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa.

Terkait dengan penjaminan mutu kimia, dia mengatakan bahan yang digunakan untuk fortifikasi harus aman secara kimia pangan.

Selain itu, kata dia, mutu fisik juga harus dijaga sehingga beras tidak tercampur dengan kotoran dan materi-materi lain yang berbahaya.

"Oleh karena bahan fortifikasi menempel di bagian luar beras, maka beras tidak dicuci agar fortifikasi tidak berkurang. Masa kedaluwarsa juga perlu dicantumkan dengan jelas," katanya.

Dia mengharapkan dalam pelaksanaan distribusi di lapangan, masyarakat tetap diberi kesempatan untuk memilih. Akan tetapi, kata dia, persoalannya adalah seberapa lama Bulog mampu memroduksi beras fortifikasi karena dalam jangka panjang menyangkut biaya yang tinggi.

Lebih lanjut, Totok mengatakan ada dua macam fortifikasi, yang pertama dengan penambahan input dari luar beserta nutrisi sesuai yang diinginkan seperti protein, vitamin, atau kandungan nutrisi tertentu sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan mutu beras.

"Cara ini yang ditempuh oleh Bulog dalam melakukan fortifikasi beras," kata dia yang juga pemulia padi dan perakit padi kaya protein.

Sementara untuk fortifikasi kedua, kata dia, dilakukan dengan pendekatan genetika yang biasa disebut dengan biofortifikasi, yakni varietas tanaman padi tertentu yang sudah dikenal berdaya hasil tinggi, ditingkatkan kandungan proteinnya dengan cara menyilangkan varietas tersebut dengan varietas padi lain yang sudah diketahui mempunyai kandungan protein tinggi.

Ia mengatakan melalui metode pemuliaan, keturunan hasil persilangan tersebut diseleksi dan diperoleh varietas padi daya hasil tinggi dengan kandungan protein tinggi.

"Varietas padi protein tinggi ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, karena ada penelitian yang melaporkan bahwa 40 persen sumber protein penduduk Indonesia berasal dari padi," katanya.

Menurut dia, biofortifikasi juga dilakukan dengan menyilangkan varietas unggul tertentu dengan varietas yang sudah diketahui mempunyai kandungan zat besi (Fe) tinggi.

Baca juga: Serapan yodium turun, pemerintah inisiasi monitor fortifikasi garam

"Seleksi terhadap keturunan persilangan ini telah menghasilkan varietas padi dengan kandungan Fe tinggi, bermanfaat untuk mencegah anemia. Pendekatan biofortifikasi ini lebih aman dan berkelanjutan karena investasi hanya dilakukan sekali, yaitu saat perakitan varietas padi protein tinggi atau varietas-varietas padi Fe tinggi," jelasnya.

Ia mengatakan Unsoed sudah memiliki varietas padi protein tinggi maupun varietas padi Fe tinggi. "Unsoed siap bekerja sama dengan Bulog untuk menghasilkan beras biofortifikasi ini," kata dia menambahkan.

Seperti diketahui, Perum Bulog meluncurkan beras fortifikasi, yakni inovasi beras sehat yang diperkaya dengan vitamin dan mineral guna mendukung program Pemerintah melalui peningkatan akses pangan bergizi pada program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT).

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan beras bermerek Forti-Vit ini mengandung berbagai vitamin terdiri dari vitamin A, vitamin B1, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B9 (Asam Folat), vitamin B12, Zat Besi (Iron) dan Zink. Pelaksanaan penyediaan beras berfortifikasi ini bekerja sama dengan salah satu perusahaan penyedia kernel fortifikan.

Beras fortifikasi ini untuk mendukung program Kementerian Kesehatan dalam mewujudkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting periode tahun 2018-2024, melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

Ada pun beras fortifikasi dengan kategori premium dijual Rp20.000 per kilogram, sementara beras medium fortifikasi seharga Rp12.000 per kg. Beras fortifikasi medium nantinya juga akan disalurkan kepada penerima Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT).

Baca juga: Stabilisasi harga, Bulog gelontorkan 2000 ton beras/hari

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019