Lebak (ANTARA News) - Ribuan anak dari keluarga miskin (gakin) di Kabupaten Lebak, Banten, terpaksa tidak melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) karena tak mampu membiayai pendidikannya.Pantauan ANTARA, Rabu, penerimaan siswa baru (PSB) tahun ajaran 2008-2009 di beberapa kecamatan hingga saat ini banyak siswa yang tidak mendaftarkan diri untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya.Misalnya, SMAN I Kecamatan Cimarga dalam penerimaan siswa baru hanya mencapai dua kelas dengan jumlah 80 orang, padahal ditargetkan empat kelas sebanyak 120 orang.Kekurangan itu, kata dia, disebabkan orangtua mereka tak mampu membiayai pendidikan anaknya ke jenjang SLTA.Apalagi, dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) sehingga mereka tak sanggup lagi membiayai pendidikan anaknya."Tahun lalu kami bisa menampung siswa baru hingga empat kelas," kata Kepala SMAN Cimarga M Nur kepada ANTARA. Ia mengatakan, saat ini anak-anak lulusan SLTP lebih baik membantu ekonomi orangtua dengan menjadi buruh bangunan, pertanian, pembantu rumah tangga, penggembala ternak juga pedagang. "Kami tidak dapat berbuat banyak untuk menampung siswa miskin karena sekolah tidak memiliki anggaran," katanya. Begitu pula Kepala SMAN II Banjarsari, Tatan, mengaku, hingga saat ini PSB di sekolahnya hanya menampung satu kelas dengan jumlah 23 orang akibat kekurangan anak yang hendak melanjutkan penddidikan itu. Bahkan, pihaknya telah mengumumkan kepada masyarakat agar anaknya yang tamatan SLTP agar dilanjutkan ke SMA. Akan tetapi, saat ini banyak orangtua terpaksa tidak melanjutkan anaknya ke jenjang SLTA karena alasan ekonomi itu. Ipong (156), lulusan SLTP warga Rangkasbitung, mengaku dirinya tak melanjutkan ke SMAN 1 Rangkasbitung karena orangtuanya tak mampu. "Kepengen bisa melanjutkan ke sekolah SMA namun orangtua tak mampu membiayainya sebesar Rp 1,5 juta, "kata Ipong. Sementara itu, Cicih (15) anak keluarga miskin warga Warunggunung menyatakan, dirinya bercita-cita ingin menjadi seorang polisi wanita (Polwan) sehingga harus tamat pendidikan SLTA. Namun demikian, dirinya tidak dapat melanjutkan sekolah ke SMA sehingga cita-cita yang diharapkan itu kandas. "Saya inginnya sekolah ke SMA. Tapi, orang tua tak sanggup membiayainya," ujar Cicih.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008