Ulan Bator, (ANTARA News)- Tentara telah ditarik dari jalan-jalan ibukota Mongolia, Ulan Bator menyusul kerusuhan yang menewaskan lima orang, dengan masih adanya ancaman aksi kekerasan lagi pada waktu mendatang, kata menteri kehakiman, Kamis. "Situasi telah stabil dan tidak ada segera bahaya kerusuhan sehingga angkatan bersenjata telah ditarik dari posisi-posisi penting dan telah diganti oleh polisi," kata Menteri Kehakiman Tsend Munkh Orgil kepada AFP. Tentara yang bersenjata mematroli jalan-jalan ibukota itu Rabu setelah pemberlakuan keadaan darurat selama empat hari sehari sebelumnya untuk menghentikan protes-protes yang meletus saat sebagian masyarakat marah atas apa yang dituduhkan mereka kecurangan dalam pemilu. Pada Kamis, sekitar 8.000 orang menyerbu pusat kota Ulan Bator, merusak gedung-gedung, membakar mobil-mobil dan melemparkan batu ke polisi. Kerusuhan itu menyebabkan lima orang tewas dan 329 lainnya cedera, kata Munkh Orgil kepada wartawan, Rabu dan menambahkan polisi melepaskan tembakan gas air mata dan peluru karet untuk menghentikan kerusuhan itu. Pasukan perbatasan dan angkatan bersenjata lainnya dipanggil untuk membantu polisi, kata Munkh Orgil, yang hari Rabu mengatakan kelompok-kelompok yang tidak dikenal sedang merencanakan unjukrasa-unjukrasa lagi. Unjukrasa protes itu dimulai setelah bekas partai komunis Partai Revolusioner Rakyat Mongolia (MPRP) mengklaim kemenangan dalam pemilu, Minggu atas Partai Demokrat, dengan siapa partai itu tergabung dalam pemerintah koalisi sejak tahun 2004. Komite Pemilihan Umum belum membuat satu pengumuman resmi mengenai hasil pemilu itu. Protes-protes dilakukan di jalan-jalan setelah pemimpin Partai Demokrat Tsakhia Elbegdorj menuduh MPRP melakukan kecurangan untuk meraih kemenangan. Kehadiran pasukan keamanan yang menurun dapat dengan jelas terlihat di jalan-jalan Ulan Bator, Kamis walaupun barikade-barikade tetap ada di beberapa tempat, kata seorang wartawan AFP di kota itu. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008