Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi, Ichsanuddin Noorsy, memperkirakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia akan mengikuti mekanisme pasar global mulai Januari 2009. "Harga BBM akan mengikuti harga pasar pada Januari 2009," kata ekonom Tim Indonesia Bangkit itu di Jakarta, Kamis. Menurut dia, hal itu disebabkan pada Desember 2008 merupakan batas akhir subsidi BBM bila merujuk pada perjanjian pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia yang tercatat dengan nomor pinjaman 4712-IND dengan pagu awal pinjaman 141 juta dolar AS. Dengan demikian, katanya, usulan Bappenas untuk menaikkan harga BBM bertahap sebenarnya dalam rangka menjalankan perjanjian tersebut. "Pada hakikatnya perjanjian itu meminta Indonesia agar mencabut subsidi BBM," katanya. Noorsy mengatakan, dalam perjanjian itu juga ditegaskan pentingnya meningkatkan kemampuan pemerintah agar publik menerima perlunya kenaikan harga BBM dan sektor energi yang sepenuhnya menjadi komersial. Hal itu juga sekaligus menetapkan pasokan dan distribusi listrik di Pulau Jawa dan Bali sesuai harga yang kompetitif. "Dengan demikian, merujuk pada perjanjian itu dan Letter of Intent pemerintah kepada IMF pada 1999, 'anjuran` USAID 2001 dan nasihat ADB, harga BBM dan listrik di Jawa Bali akan tunduk pada hukum penawaran dan permintaan," katanya. Menurut dia, hal itu akan berdampak luar biasa, bukan saja memperbesar angka kemiskinan, pengangguran, tetapi juga ketimpangan sosial yang akan makin merebak. Selain itu, ketahanan ekonomi Indonesia pun akan semakin rapuh, baik dari aspek penyediaan maupun dari aspek stabilisasi. Dikatakannya, bila Kabinet Indonesia Bersatu merujuk pada UUD 45 pasal 23 (1), 27, 31, 33 dan 34, maka hal tersebut sebenarnya tidak perlu dan tidak akan dilaksanakan. "Tetapi bila hanya mengkalkulasi kredibilitas internasional dan mengabaikan suara hati nurani rakyat, maka tekanan internasional seperti di atas akan menjadi badai sosial ekonomi dan politik di Indonesia," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008