Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Kamis pagi, sedikit menguat, menyusul melemahnya dolar AS akibat melonjaknya harga minyak mentah dunia yang menembus 145 dolar. "Kenaikan rupiah relatif kecil, meski dolar AS melemah, karena pelaku lokal masih menahan diri untuk membeli rupiah lebih lanjut," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Kamis. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS naik tiga poin menjadi Rp9.210/9.220 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.213/9.225. Dikatakannya, rupiah seharusnya sudah berada di bawah angka Rp9.200 per dolar AS, yang sejak pekan lalu berkutat di kisaran antara Rp9.220 sampai Rp9.230 per dolar AS. "Kami optimis rupiah dalam waktu dekat akan bisa melewati angka Rp9.200 per dolar AS, karena sentimen positif masih mendukungnya," katanya. Penjualan obligasi berdenominasi dolar AS merupakan faktor yang mendorong rupiah menguat hingga melewati angka batas psikologis Rp9.300 per dolar AS. Rupiah, lanjut dia, juga mendapat dukungan dengan masuknya sejumlah investor asing, terutama dari kawasan Timur Tengah dan Australia yang berminat menempatkan dananya di dalam negeri. "Kami memperkirakan rupiah akan berada pada level yang cukup aman dalam waktu lama, meski laju inflasi di dalam negeri cukup tinggi," katanya. Laju inflasi Juni yang tinggi diperkirakan akan mendorong Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuannya, BI Rate, meski sejumlah analis meminta BI menahan bunga BI Rate yang berada pada angka 8,50 persen, imbuhnya. Dengan naiknya BI Rate, maka perbankan akan juga menyesuaikan diri terhadap kenaikan BI Rate, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008