New York, (ANTARA News) - Harga minyak melesat ke rekor tertinggi baru, Rabu waktu setempat atau Kamis pagi WIB, dengan harga di London menembus 144 dolar AS per barrel karena dolar AS melemah dan cadangan minyak mentah AS turun. Harga minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus melonjak ke rekor tertinggi 144,65 dolar AS sebelum mantap pada 144,26 dolar AS, naik 3,59 dolar AS. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, terdorong ke rekor perdagangan harian 143,91 dolar AS, sebelum ditutup pada 143,57 dolar AS, atau naik 2,60 dolar AS. Dalam perdagangan "after-hours", minyak mentah New York melesat ke posisi tertinggi 144,15 dolar AS per per barrel. Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan Rabu, cadangan minyak mentahnya telah turun 2,0 juta barrel pada pekan yang berakhir 27 Juni, mempercepat kenaikan di pasar berjangka. Melemahnya dolar AS juga membantu mendorong harga minyak naik, karena harga minyak dikutip dalam dolar AS. Dolar AS turun terhadap sebagian besar mata uang utama, mendorong euro menjadi 1,5883 dolar AS di perdagangan New York. Phil Flynn dari Alaron Trading mengatakan minyak terus memperoleh momentum di tengah kekhawatiran tentang ekonomi global, dolar dan penyakit lainnya. Di tengah penurunan cadangan minyak AS, Sekretaris Jenderal OPEC Abdallah el-Badri, dalam sebuah wawancara Rabu, mengatakan otoritas AS akan menghentikan tekanan terhadap negara-negara anggota OPEC untuk memproduksi minyak mentah lebih banyak. "Sebagai kekuatas utama dunia, Saya ingin mereka menghentikan tekanannya terhadap negara-negara OPEC," kata dia kepada surat kabar Spanyol, El Pais, ketika ditanya tentang sebuah tindakan Kongres AS yang mengijinkan departemen kehakiman untuk menggugat anggota-anggota OPEC atas konspirasi membatasi pasokan atau mendorong harga naik. Ia juga menyatakan bahwa harga minyak yang setinggi langit itu bukan karena kurangnya pasokan -- seperti pendapat negara-negara barat -- tapi karena spekulasi yang dipicu oleh krisis kredit perumahan di AS. "Pada kenyataaannya, itu semua sangat mudah dijelaskan: krisis 'subprime' pada musim panas lalu di Amerika Serikat telah berdampak buruk terhadap pasar-pasar saham. Para investor mencarai produk-produk (finansial) lainnya dan komoditi telah menjadi pilihan menarik untuk spekulasi," kata el-Badri. Harga minyak telah mencapai rekor tertinggi pada Senin, karena meningkatnya ketegangan di Iran dan Nigeria, dan karena dolar AS masih terus melemah terhadap mata uang utama lainnya. Para pedagang pada Rabu memandang tegang kepada negara produsen minyak mentah terkemuka, Iran, akibat spekulasi bahwa Israel berencana melakukan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran. Menteri Minyak Iran Gholam Hossein Nozari mengatakan Rabu, bahwa Iran akan bereaksi "dengan ganas" terhadap setiap serangan kepadanya. Ia mengingatkan, serangan itu akan mengakibatkan kenaikan radikal harga minyak mentah.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008