Sukabumi (ANTARA News) - Sejumlah warga Kota dan Kabupaten Sukabumi mengeluhkan kenaikan harga gas elpiji 12 kg dari Rp55.000 menjadi Rp63.000 per tabung karena akan menambah beban biaya kehidupan sehari-hari. "Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) saja sudah menyulitkan warga, apalagi ditambah kenaikan harga gas elpiji saat ini," kata seorang warga Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi, Reni (30) di Sukabumi, Rabu. Menurut dia, kenaikan harga gas elpiji secara otomatis akan menambah beban biaya kehidupannya saat ini, sehingga mau tidak mau dirinya harus pintar-pintar untuk mengirit pemakaian gas dan pengeluaran uang belanja selama ini. Reni yang juga pengecer gas elpiji mengaku, kenaikan harga gas elpiji sejak Selasa (1/7) lalu mengakibatkan jumlah pembeli mengalami penurunan. "Biasanya sehari bisa lima hingga tujuh tabung yang terjual, namun saat ini hanya dua tabung gas elpiji saja yang terjual," keluhnya. Hal senada juga dikatakan, Yanti (29), warga Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, bahwa kenaikan harga gas elpiji saat ini jelas sangat memberatkan masyarakat, meski saat ini banyak warga yang mendapatkan dana bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah. "Percuma saja, warga Sukabumi dapat dana BLT, sementara kebutuhan pokok dan komoditas lainnya akan semakin melambung tinggi akibat kenaikan BBM dan kenaikan harga gas elpiji," katanya. Ia menyebutkan, sebelumnya harga gas elpiji mencapai Rp57.000 per tabung, dan dengan kenaikan harga saat ini kemungkinan bisa mencapai Rp65.000 hingga Rp67.000 per tabung. "Mungkin saja di tingkat agen harganya tetap Rp63.000/tabung, namun lain halnya di tingkat pengecer," tuturnya. Sementara itu, pengurus dealer gas PT Citra Alam Prima, Dindin Muhidin, menyebutkan, dampak kenaikan harga gas elpiji saat ini mengakibatkan penurunan jumlah pembeli karena saat ini tengah irit menggunakan gas elpiji. "Stok gas saat ini cukup banyak, namun terjadi penurunan jumlah pembeli," katanya tanpa menyebutkan jumlah penurunannya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008