Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Malaysia akan meresmikan "Eminent Person Group" (EPG/Kelompok Pakar) yang terdiri dari 14 tokoh dari kedua negara di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-6 "Developing Eight" (D-8) di Kuala Lumpur, Malaysia, 6-8 Juli 2008.
"Presiden Yudhoyono (Susilo Bambang Yudhoyono) di sela-sela KTT D-8 (delapan negara berkembang) akan melakukan pertemuan dwipihak dengan PM Malaysia Abdullah Badawi untuk meresmikan EPG Indonesia-Malaysia," kata Jurubicara Kepresidenan Dino Patti Djalal di Kantor Kepresidenan Jakarta, Rabu.
Dino mengatakan, EPG adalah usulan dari Presiden Yudhoyono yang disampaikan kepada PM Badawi dalam pertemuan dwipihak tahunan kedua negara yang diselenggarakan di Kuala Lumpur awal Januari 2008.
"Intinya memilih masing-masing tujuh orang berpengaruh atau tokoh masyarakat dari Indonesia dan Malaysia untuk sama-sama duduk dan melihat hubungan Indonesia dan Malaysia ini seperti apa, apa masalahnya karena seperti kita ketahui kadang-kadang timbul berbagai masalah dan bagaimana ke depannya," ujarnya.
Tujuh anggota EPG dari Indonesia adalah mantan Wapres Jenderal Purn Try Sutrisno, mantan Menlu Ali Alatas, mantan Menag Quraisy Shihab, mantan pejabat dinas luar negeri Deplu RI Des Alwi Abubakar, dosen UI dan Ketua Institute for Social Empowerment and Democracy (Insed) Musni Umar, dosen UI dan Ketua Asosiasi Tradisi Lisan Pudentia Maria Purenti Sri Suniarti, Wakil Ketua Komite Tetap Kerjasama Ekonomi Multilateral dan Perdagangan Internasional KADIN Wahyuni Bahar.
"Mereka nanti akan bertemu timpalannya dari Malaysia dan diresmikan program kerjanya," ujarnya.
Sementara itu pekan lalu, Jurubicara Deplu RI Teuku Faizasyah mengatakan bahwa dalam kunjungan Menlu Hassan Wirajuda ke Malaysia 24-25 Juni 2008 telah disampaikan daftar tujuh nama tokoh Indonesia yang akan bertugas dalam EPG.
EPG bertugas dan bertanggung jawab memberi arahan, kebijakan kepada pemimpin kedua negara mengenai upaya peningkatan hubungan dwipihak pada masa datang, kata Faiza.
Keputusan tersebut diambil karena sekalipun kedua negara bertetangga dan sama-sama berpenduduk sebagian besar muslim, tidak bisa dipungkiri bahwa hubungan keduanya bisa mengalami pasang-surut, sehingga harus tetap dijaga dan dipelihara.
Pembentukan EPG merupakan salah satu usul Indonesia sebagai tujuan strategis dalam meningkatkan hubungan kerjasama di segala bidang, seperti, mengatasi masalah ketenagakerjaan, pembalakan liar, kebudayaan, dan masalah perbatasan, yang dibawa melalui perundingan untuk dicarikan jalan keluar.
Masing-masing negara menempatkan tujuh tokoh di EPG, yang mewakili bidang masing-masing dan diharapkan menyerahkan saran pertamanya pada pertemuan kedua kepala negara tersebut pada 2009.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008