Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina menyampaikan bahwa rencana untuk mendaur ulang minyak tertangkap akibat insiden kebocoran di sumur YYA-1 di pantai utara Karawang, Jawa Barat masih menunggu kesimpulan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Maunya, kita 'recycle' ke sistem, tapi yang 'declare' rekan dari KLHK untuk menyimpulkan," ujar Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu di Jakarta, Senin.
Ia menyampaikan bahwa keputusan KLHK itu diantaranya terkait bahan bisa diolah atau menjadi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
"Untuk sementara disimpan di tempat penyimpanan sementara dulu," ucapnya.
Baca juga: Pertamina gunakan inovasi waring lindungi mangrove dari minyak
Ia mengemukakan bahwa minyak tertangkap akibat insiden kebocoran itu mencapai 42.034 barel.m yang tercampur air dan sebanyak 5,7 juta karung minyak tercampur lumpur dari darat.
"Kami melibatkan LIPI (lembaga ilmu pengetahuan Indonesia) untuk melakukan sampling, dari situ akan kami kalkulasi ulang untuk memastikan," paparnya.
Terkait penanganan sumur YYA-1, Pertamina mengklaim kebocoran minyak di sumur itu telah berhasil dikendalikan setelah terkoneksinya sumur baru "relief well" (RW) dengan Sumur YYA-1.
Ketua Tim Penanganan PHE Taufik Adityawarman menyampaikan bahwa pihaknya telah mencapai "milestone" baru dalam penanganan sumur YYA-1 yaitu dengan keberhasilan proses "intercept" dimana sumur "relief well" telah berhasil terkoneksi dengan Sumur YYA -1 per Sabtu 21 September 2019 pukul 10.30 WIB.
"Dengan terkoneksinya dua sumur itu, maka saat ini kami dalam posisi telah dapat mengendalikan sumur YYA-1," katanya.
Relief Well merupakan proses mematikan sumur YYA-1 dengan pengeboran dari samping yang dilakukan dari Rig Soehanah yang berjarak 1 km dari sumur YYA-1.
Baca juga: Pertamina pulihkan terumbu karang terdampak tumpahan minyak
Baca juga: Pertamina paparkan tahapan tutup kebocoran sumur minyak di Karawang
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019