Jakarta (ANTARA News) - Indonesia menjajaki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan Australia, India, dan Selandia Baru, menyusul perjanjian serupa dengan China, ASEAN, dan Korea Selatan. "Kita memang melakukan perundingan awal dengan India, Australia, dan Selandia Baru, tapi memang sejauh ini yang paling komprehensif dengan Jepang," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Depkeu (BKF), Anggito Abimanyu, di Jakarta, Rabu. Menurut dia, perjanjian kerjasama dengan ketiga negara kemungkinan hanya akan menyangkut aspek perdagangan saja dan tidak mencakup kerjasama ekonomi yang lebih luas. "Tapi memang nanti tidak sebesar dengan Jepang, karena mungkin hanya menyangkut pembebasan atau penurunan tarif bea masuk (BM)," jelasnya. Mengenai Persetujuan Indonesia Jepang menyangkut kemitraan ekonomi (IJ-EPA), Anggito menjelaskan, berdasar kerangka kerjasama yang disepakati, terdapat dua skema penurunan tarif BM, yaitu skema tarif preferensi umum dan skema "user specific duty free schema" (USDFS). Dari persetujuan IJEPA, khususnya mengenai skema tarif preferensi umum, telah disepakati Indonesia menurunkan sekitar 35 persen pos tarif BM-nya menjadi nol persen mulai 1 Juli 2008, sedangkan Jepang menurunkan 80 persen pos tarifnya. Indonesia akan menurunkan tarif BM menjadi nol persen secara bertahap sekitar 93 persen dari pos tarifnya selama 3 hingga 15 tahun dan untuk Jepang sekitar 90 persen dari pos tarifnya. Sisanya sebanyak sekitar 7 persen dari pos tarif Indonesia bisa dipertahankan tarif BM-nya sesuai dengan yang berlaku umum. Mengenai USDFS, Anggito menjelaskan, itu merupakan skema pemberian fasilitas (penetapan) tarif BM nol persen atas impor bahan baku dari Jepang yang digunakan dalam kegiatan proses produksi oleh industri-industri tertentu yang telah disepakati dan industri-industri yang berbasis baja yang dikategorikan sebagai sektor pendorong. "Sebagai kompensasi atas pembukaan akses pasar itu, Jepang memberikan bantuan yang terangkum dalam skema 'Manufacturing Industry Development Centre' (MIDEC/Pusat Pengembangan Industri Manufaktur)," jelasnya. MIDEC merupakan program bantuan teknis dari Jepang untuk pengembangan kapasitas bidang industri otomotif, welding, elektronik, tekstil, makanan dan minuman, baja, promosi ekspor-impor, dan usaha kecil & menengah. (*)
Copyright © ANTARA 2008