Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Dewi Puspita tenaga kerja wanita (TKW) asal Kampung Cijambe, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang hilang kontak selama sembilan tahun di Suriah, berbagi kisah tentang dirinya yang masih diberi keselamatan di Suriah selama perang berkecamuk.
"Saya berangkat ke Suriah menjadi TKW pada 2010, tetapi di 2011 Suriah terjadi perang. Saat itu saya menyaksikan langsung bagaimana perang terjadi hingga bertahun-tahun, bahkan saat akan pulang ke Indonesia pun suara tembakan dan ledakan masih sering terjadi," katanya di Sukabumi, Senin.
Dewi yang baru dua hari tiba di rumahnya di Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat setelah sembilan tahun bekerja di Suriah membagi kisah dengan Antara yang menyambangi rumahnya. Ia menceritakan betapa menakutkannya kondisi di Suriah saat baku tembak terjadi di negeri tersebut yang hingga kini masih terjadi.
Apalagi pahlawan devisa ini tinggal di rumah majikannya di Kota Homs yang merupakan salah satu daerah yang menjadi pusat perang saudara. Sebelum perang terjadi, di kota ini banyak terdapat bangunan megah, namun perang meluluhlantakkan kota itu.
Dia mendengar suara peluru dan ledakan bom hampir setiap hari dan melihat secara langsung bom meledak di depan matanya ditambah suara rentetan senjata mesin yang memuntahkan ribuan peluru tajam hampir setiap waktu terngiang di telinganya.
Bahkan rumah majikannya pun tidak luput dari tembakan peluru tajam dan percikan ledakan bom dari dua kubu yang saling serang. Saat itu ia dan majikannya pun langsung menyelamatkan diri ke ruangan yang dianggap aman di dalam rumahnya.
Baca juga: P2TP2A Sukabumi imbau wanita tidak tergoda bekerja di luar negeri
Baca juga: TKW hilang kontak di Suriah tiba di kampung halamannya dengan selamat
Majikan yang baik
Ia baru bisa keluar dan merasa aman saat suara tembakan dan ledakan sudah mulai berkurang. Kondisi seperti itu, Dewi alami selama bertahun-tahun dan majikannya pernah mencoba untuk datang ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Damaskus, namun di tengah perjalanan di stop tentara dan diperintahkan untuk kembali ke rumah.
Beruntung, pekerja migran ini mempunyai majikan yang cukup baik hingga akhirnya pada Agustus perwakilan KBRI Damaskus menjemput Dewi untuk dibawa ke shelter KBRI Damaskus dan pada Jumat (21/9) Dewi dipulangkan dan tiba di kampung halamannya.
"Suara tembakan dan ledakan bom di Suriah sudah menjadi hal yang biasa, tapi Alhamdulillah saya masih diberi keselamatan oleh Allah SWT dan akhirnya bisa berkumpul lagi bersama suami, anak dan orang tua di Sukabumi," katanya.
Dewi pun memutuskan tidak ingin lagi menjadi TKW karena masih trauma berada di tengah-tengah negara yang sedang berperang. Ia mengucapkan banyak terima kasih kepada tim Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Riyadh dan Sukabumi yang telah membantunya.
Kemudian staff KBRI Damaskus yang mendampinginya hingga sampai di Sukabumi serta Kementerian Luar Negeri RI, Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Bupati Sukabumi dan pihak lainnya yang telah membantu kepulangannya.
Sementara, Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi yang juga istri dari Bupati Sukabumi, yakni Yani Marwan Hamami tidak menyangka melihat kondisi Dewi yang sehat saat berkunjung ke rumahnya.
Padahal selama bertahun-tahun Dewi menyaksikan dahsyatnya perang yang terjadi di Suriah, ia pun tidak bisa berkata-kata dan hanya bisa mengucap syukur berulang kali kepada Allah SWT yang memberikan perlindungan kepada mantan TKW ini.
"Saya sempat bertanya kepada Dewi bagaimana kondisinya selama di Suriah, ternyata sangat mengerikan karena ledakan bom dan suara tembakan hampir terdengar setiap hari. Saya pun berpesan kepada Dewi lebih baik sekarang fokus mengurus anak saja," katanya.
Ketua SBMI Jabar Jejen Nurjanah mengatakan seluruh hak Dewi selama bekerja di Suriah seperti upah dan lainnya sudah diberikan oleh majikannya, bahkan selama bekerja ia diperlakukan secara baik dan tidak pernah mengalami kekerasan sedikitpun.
"Kami bersyukur hanya dengan waktu kurang dari tujuh hari setelah tim SBMI Riyadh menghubungi KBRI Damaskus, Dewi ditemukan. Bahkan hingga pulang ke Sukabumi didampingin staff kedutaan besar tersebut," katanya.
TKW Sumbawa
Sementara Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat juga bertindak cepat melakukan koordinasi dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) terkait keberadaan Maharani, TKW asal Kabupaten Sumbawa yang dikabarkan hilang kontak selama 11 tahun di Suriah.
"Saat ini kita sedang berkoordinasi dengan BNP2TKI di Jakarta dan BP3TKI Mataram," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB, Agus Patria melalui telepon dari Mataram, Jumat.
Agus mengakui, baru mengetahui kabar informasi Maharani Binti Marzuki TKW asal Sumbawa berada di Suriah setelah melihat di media massa.
"Informasinya sudah kita terima, makanya sekarang kita langsung koordinasikan dengan teman-teman di BP3TKI dan BNP2TKI. Apa dan bagaimana kita tidak tunggu sama-sama," ujarnya.
Maharani binti Marzuki, berhasil ditemukan setelah 11 tahun hilang kontak dengan keluarganya di tanah air.
Tim Dewan Perwakilan Luar Negeri (DPLN) Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Riyadh Arab Saudi, Agus Gia, mengatakan Maharani ditemukan pada 7 September 2019 dan saat ini sudah berada di shelter KBRI Damaskus, Suriah.
Suriah, negara yang mengalami perang saudara dan diperparah dengan campur tangan negara asing, baik karena diminta maupun karena adanya kepentingan. Di sisi lain, negara itu pernah menjadi daerah tujuan penempatan pekerja migran Indonesia yang jumlahnya hingga jutaan jiwa.*
Baca juga: Keluarga temukan Maharani via FB setelah 11 tahun hilang di Suriah
Baca juga: TKW yang hilang di Suriah sembilan tahun, dipulangkan ke Sukabumi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019