Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, masih berada di atas angka Rp9.200 per dolar AS dan posisinya dinilai cukup aman karena Bank Indonesia (BI) akan terus mengawal mata uang lokal di pasar uang. "Rupiah tetap berada di atas level 9.200 per dolar yang dinilai BI cukup aman apabila ada gejolak negatif yang menekan nilai tukar mata uang Indonesia itu," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Rabu. Dikatakannya, rupiah agak tertekan setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi Juni 2008 yang mencapai 2,46 persen, atau naik tajam dibandingkan dengan bulan lalu yang hanya 1,41 persen. Tekanan itu juga dipicu melemahnya bursa Wall Street, sehingga bursa regional juga ikut terkena imbasnya yang pada gilirannya menekan pasar uang domestik, khususnya rupiah, kata dia. Menurutnya, laju inflasi diperkirakan akan memicu Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya (BI Rate) yang saat ini mencapai 8,50 persen. Apabila BI menaikkan suku bunga BI Rate, maka perbankan akan segera menyesuaikan tingkat suku bunganya, terutama bunga kredit yang dikhawatirkan akan menjadi kredit bermasalah, katanya. Namun tekanan negatif itu, lanjut dia, agak tertahan oleh aksi beli korporasi terhadap pembelian Surat Utang Negara (SUN) yang masih memberikan sentimen positif pasar. "Kami memperkirakan tekanan terhadap pasar tidak berlangsung lama. Tekanan ini terjadi akibat kenaikan harga minyak mentah dunia yang sempat mencapai angka 143 dolar AS per barel," katanya. Ia mengatakan, rupiah saat ini berada dalam posisi yang cukup baik, akibat aksi investor asing yang aktif bermain di pasar domestik karena selisih bunga rupiah terhadap dolar AS yang tinggi. Karena itu, Indonesia dinilai masih merupakan pasar yang memberikan "gain" lebih tinggi dibanding pasar di Asia lainnya, katanya. Sementara itu, dolar AS di pasar regional turun 0,1 persen menjadi 106,05 persen, euro terhadap yen menjadi 167,45 dari sebelumnya 167,55 yen dan euro terhadap dolar AS 1,5790. Aktivitas pasar agak lesu, karena sejumlah investor menyatakan menunggu pertemuan Bank Sentral Eropa yang diperkirakan akan menaikkan suku bunganya. (*)
Copyright © ANTARA 2008