Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan kenaikan harga elpiji (gas) menambah beban ekonomi masyarakat terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Dengan kenaikan harga elpiji, beban ekonomi masyarakat semakin tinggi, apalagi sejak kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) harga kebutuhan pokok sehari-hari langsung naik, dan sekarang ditambah dengan kenaikan harga elpiji," katanya di Yogyakarta, Selasa. Ia mengatakan sejak adanya program konversi minyak tanah ke gas masyarakat harus menyediakan dana lebih besar untuk membeli gas. "Sebab, tidak mungkin hanya dengan uang Rp1.000 misalnya bisa membeli gas," katanya. Kata Sultan, ketika masih menggunakan minyak tanah, masyarakat terutama rakyat kecil yang hanya memiliki uang Rp1.000 bisa untuk membeli minyak tanah meskipun kurang dari satu liter. "Sekarang dengan uang Rp1.000, jelas tidak bisa untuk membeli gas, karena minimal harus punya uang Rp12.750 untuk membeli gas 3 kg," katanya. Karena itu, menurut dia rakyat kecil masih membutuhkan minyak tanah, dan semestinya minyak tanah harus tetap ada di pasaran atau jangan dihilangkan sama sekali, meskipun ada program konversi minyak tanah ke gas. "Meski minyak tanah itu dengan harga non subsidi misalnya, seharusnya minyak tanah tetap disediakan di pasaran, sehingga masyarakat masih bisa membeli dengan uang seadanya meskipun kurang dari satu liter," katanya. Menurut Sultan, dengan masih tersedianya minyak tanah di pasaran, bagi rakyat kecil dengan uang seadanya masih bisa membeli secara eceran. "Tetapi untuk membeli gas, dengan uang seadanya jelas tidak mungkin, karena gas tidak dijual eceran," katanya. Pemerintah menaikkan harga elpiji untuk tabung isi 12 kg dari Rp51.000 menjadi Rp63.000 yang berlaku mulai 1 Juli 2008.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008