90 persen potensi cadangan bahan tambang nikel dunia berada di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua).
Makassar (ANTARA) - Sulawesi Selatan memiliki peluang untuk pembangunan pabrik baterai litium yang berbahan dasar dari nikel mengingat potensi nikel di Sulsel cukup tinggi.
Potensi itu dikemukakan Direktur Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Selatan Endang Kurnia Saputra MBA di Makassar, Senin.
Sebelumnya telah dilansir bahwa dari hasil survei diketahui, 90 persen potensi cadangan bahan tambang nikel dunia berada di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua).
Potensi ini harus menjadi kekuatan, lanjut dia, sepanjang daerah ini mendapat dukungan negara untuk membantu pengadaan teknologi industri.
Di Sulsel sudah ada pabrik nikel yang dikelola perusahaan milik asing.
Terkait pemanfaatan sumber daya alam (SDA) nikel itu, sebelumnya Menko Luhut mengatakan bahwa larangan ekspor nikel berdampak positif karena bertujuan meningkatkan hilirisasi di lapangan.
Baca juga: Indonesia undang Korsel berinvestasi di industri baterai mobil listrik
Para pelaku usaha di Korea Selatan dan Cina menyatakan berminat membangun pabrik di Indonesia. Seiring melonjaknya harga nikel, beberapa perusahaan sudah berniat membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di Indonesia.
Luhut pada pertemuan ASEAN-China Expo di Kota Nanning, selatan Cina mengatakan, pada pertemuan dengan LG Chemical di Seoul pekan lalu disebutkan kedua negara itu sedang mempertimbangkan pengembangan fasilitas produksi baterai litium di Indonesia setelah mendengar rencana Indonesia untuk menerapkan larangan ekspor biji nikel efektif Januari 2020 dan juga setelah harga nikel di pasar global terus naik.
Menurutnya, LG Chemdi ical masih belum menentukan mitra dengan perusahaan, bisa saja dengan Cina atau Volkwagen, perusahaan pembuat mobil Jerman yang sekarang sedang mengembangkan produk mobil listrik.
Ini mendukung rencana pemerintah mengembangkan kendaraan listrik. Bahan baku baterai mobil listrik adalah nikel dengan kadar di bawah 1,4 persen yang saat ini masih diekspor.
Mencermati kondisi tersebut, Endang mengatakan, masyarakat di wilayah Sulampua harus siap menghadapi perkembangan baterai litium itu dengan menyiapkan SDM andal untuk mendukung teknologi industri.
Baca juga: Kembangkan mobil listrik, 1 Januari 2020 tidak ada lagi ekspor nikel
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019