"Ini program pelatihan yang pertama kali dilakukan berdasarkan masukan dari salah satu anggota Pertuni saat mengadakan interaktif. Setelah kami sampaikan kepada pimpinan, Bapak Gubernur, Wagub dan Sekda, Beliau merespons positif, maka secepatnya kami melakukan kursus ini," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bali Ida Bagus Ngurah Arda disela-sela acara penutupan pelatihan di Gedung DPD Pertuni Bali, di Denpasar, Senin.
Baca juga: Penyandang disabilitas berkompetisi di FLS2N Lampung
Pelatihan yang berlangsung selama 20 kali pertemuan dari 2-23 September 2019 itu diikuti 16 peserta yang merupakan perwakilan anggota Pertuni dari Kabupaten Gianyar (2 orang), Jembrana (2), Tabanan (2), Karangasem (3), Klungkung (2), Badung (2), dan dari Kota Denpasar (3 orang). Pelatihan diberikan selama delapan jam untuk setiap kali pertemuan.
"Mereka yang mengikuti pelatihan bahasa Inggris ini mayoritas sebagai terapis. Tidak menutup kemungkinan tamu-tamu yang dilayani wisatawan asing. Dengan berbekal bahasa Inggris, mereka bisa lebih komunikatif dalam memberikan pelayanan, suasana lebih akrab, lebih hidup, lebih kekeluargaan, sehingga apa yang diberikan maksimal dan profesional," ucap Ngurah Arda.
Baca juga: Kemensos dorong perusahaan rekrut karyawan penyandang disabilitas
Di samping itu, lanjut dia, pelatihan bahasa Inggris tersebut juga merupakan implementasi dari visi pembangunan "Nangun Sat Kerthi Loka Bali".
"Khususnya misi ke-8, menghasilkan tenaga kerja yang produktif, kompeten, berkualitas, berdaya saing tinggi dan memperluas akses kesempatan kerja di dalam maupun luar negeri," ujar mantan Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Bali itu.
Pihaknya berharap kegiatan serupa dapat dilaksanakan berkelanjutan pada tahun-tahun mendatang, sesuai dengan harapan dari para peserta pelatihan.
Sementara itu, Minta Siregar, instruktur pelatihan bahasa Inggris, mengatakan meskipun peserta pelatihan dihadapkan pada kondisi keterbatasan tidak bisa melihat, namun semangat belajarnya dinilai cukup tinggi.
"Mereka semangat, karena kami mengajarnya juga dengan hati, jadi mereka merasa nyaman. Memang daya tangkap peserta tidak merata, ada yang cepat dan sedang. Tetapi rata-rata mereka berbakat," ucap instruktur yang juga ASN di Disnaker Bali itu.
Pelatihan bahasa Inggris yang diberikan, tambah Minta, memang khusus diberikan terkait dengan terapi pijat sesuai dengan profesi para peserta.
"Jika dibandingkan memberikan pelatihan kepada peserta yang bukan penyandang disabilitas, memang saya harus lebih ekstra karena transfer ilmunya hanya bermodalkan suara," katanya.
Wayan Sudarsana, salah satu peserta mengaku senang bisa mendapatkan pelatihan bahasa Inggris. Pria berusia 48 tahun itu sangat berharap kegiatan serupa dapat dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang.
"Pelatihan ini bisa menambah pengalaman dan pengetahuan saya. Ini sangat berguna karena saya ingin mahir bahasa Inggris. Apalagi saya juga hobi," ucapnya yang juga mendapatkan penghargaan sebagai peserta terbaik dalam pelatihan tersebut.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019