Yogyakarta (ANTARA News) - Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) menilai kenaikan harga elpiji merupakan "jebakan" untuk masyarakat meski kondisinya saat ini semakin berat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. "Pertamina sepertinya memberi umpan kepada masyarakat untuk masuk dalam jebakan mereka sehingga tidak lagi memiliki pilihan setelah sebelumnya dicanangkan konversi energi dari minyak tanah ke gas," kata Ketua LKY, Nanang Ismuhartoyo, di Yogyakarta, Selasa. Setelah masyarakat beralih ke gas, Pertamina kemudian menaikkan harga elpiji, padahal seharusnya Pertamina mendukung program yang dicanangkan, yakni konversi minyak tanah ke gas dengan menjaga harga elpiji, bukan malah menaikkannya. "Jika mereka ingin program tersebut berjalan lancar, Pertamina seharusnya memberikan potongan harga, bukan justru menaikkan harga," katanya. Selain itu, Nanang menilai kenaikan elpiji yang mulai berlaku mulai Selasa (1/7), yaitu Rp60.000 untuk tabung 12 kg dari sebelumnya Rp51.000, menunjukkan bahwa Pertamina tidak memiliki sensitivitas sosial. "Masyarakat saat ini tengah berada dalam kondisi yang sulit karena baru-baru ini pemerintah juga menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)," katanya. Ia menyebut kebijakan kenaikan harga elpiji tersebut sebagai tindakan sewenang-wenang karena tidak ada dasar yang kuat untuk menaikkannya. "Apalagi baru-baru ini Pertamina mengumumkan keuntungan yang mereka peroleh," kata Nanang.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008