Jadi libur siswa ini sesuai dengan kondisi ketebalan kabut asap,

Pariaman, (ANTARA) - ​​​​Pemerintah Kota (Pemkot) Pariaman, Sumatera Barat mulai hari ini meliburkan siswa hingga tiga hari ke depan akibat semakin pekatnya kabut asap yang menyelimuti kota itu.

"Siswa mulai diliburkan Senin (23/9) usai jam istirahat hingga Kamis (26/9) dan masuk kembali pada Jumat (27/9)," kata Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Pariaman, Yurnal di Pariaman, Senin.

Ia menyebutkan keputusan meliburkan sekolah ini karena dalam dua hari ini kabut asap semakin berdampak ke daerah itu yang disebabkan arah angin bergerak dari Timur ke Barat.

Baca juga: Palembang liburkan sekolah tiga hari akibat kabut asap

Ia menyampaikan jika pada Jumat nanti kabut asap masih tebal, maka libur siswa akan diperpanjang.

"Jadi libur siswa ini sesuai dengan kondisi ketebalan kabut asap," ujarnya.

Ia mengemukakan meski sejumlah sekolah saat ini melaksanakan ujian mid semester, namun ujian tersebut harus ditunda hingga kondisi udara membaik.

Meskipun diliburkan, lanjutnya siswa di daerah itu diberikan tugas dari pihak sekolah agar tetap belajar di rumah.

"Jadi bisa dikatakan kami memindahkan tempat belajarnya dari yang biasanya di sekolah menjadi di rumah," katanya.

Baca juga: Asap mulai menyelimuti Kepulauan Nias Bagian Timur

Sebelumnya, Pemkot Pariaman melarang warga untuk tidak membakar sampah dan jerami padi guna mengurangi kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah di Indonesia yang mana juga berdampak hingga ke kota itu.

"Kami sudah melarang warga agar tidak mambakar sampah, jerami atau pun jenis lainnya agar tidak menambah buruk kondisi udara di Kota Pariaman," sebut Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Pariaman, Syahrul.

Ia menambahkan larangan tersebut disampaikan melalui Puskesmas ke desa dan kelurahan di daerah itu yang tujuannya untuk mengurangi kabut asap.

Meskipun larangan tersebut telah disampaikan ke desa dan kelurahan, namun pihaknya masih menemukan warga yang membakar sampah dan jerami.

"Ini yang kami khawatirkan karena dapat memperburuk kualitas udara," ujarnya.

Baca juga: Kualitas udara di sejumlah daerah masih berbahaya

Pewarta: Altas Maulana
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019