Phnom Penh, (ANTARA News) - Mantan menteri luar negeri Khmer Merah, Ieng Sary, Selasa tampil untuk kedua kalinya di hadapan pengadilan genosida Kamboja yang didukung Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), mengharapkan akan dibebaskan bahkan sebelum pengadilannya dimulai. Sary, 82 tahun, adalah salah satu dari lima kader terkemuka Khmer Merah yang saat ini ditahan karena tuduhan kejahatan pembunuhan massal yang dilakukan semasa rezim Khmer Merah berkuasa di Kamboja 1975-79. Dibentuk pada 2006, pengadilan gabungan Kamboja-PBB itu diperkirakan akan mengadakan sidang pertama pada akhir tahun ini, setelah hampir sepuluh tahun tawar-menawar dalam upaya untuk membawa tanggungjawab kejahatan rezim itu ke pengadilan. Para pembela Ieng Sary menentang tuduhan-tuduhan dia sebagai penjahat perang, dan kejahatan-kejahatan terhadap kemanusiaan dengan alasan, bahwa dia tidak diajukan ke pengadilan karena dia telah dijatuhi hukuman untuk perkara genosida dan telah mendapat ampunan dari raja. "Tak seorangpun akan dijatuhi hukuman lagi karena dia telah menjalani hukuman," kata pembela Ang Udom di ruang pengadilan. "Di sini tidak ada penyelidikan atau pemeriksaan terhadap Ieng Sary," katanya. Ieng Sary dijatuhi hukuman penjara untuk kasus genosida pada pengadilan in absentia pada tahun 1979, yang dilakukan oleh pemerintah yang dilantik setelah Vietnam menduduki negara itu, dan berakhirnya era kekuasaan Khmer Merah yang berdarah. Kemudian dia diberi ampunan pada 1996 saat dia menyerahkan diri kepada pemerintah. "Kami percaya bahwa hukuman ganda akan membahayakan dan hukum Kamboja tak mengharapkan hal itu terjadi, karena Ieng Sari tak kan bisa berusaha lagi melakukan kejahatan yang sama, atau mendapat tuduhan dua kali," kata pembela hukum Ieng Sary lainnya, Michael Karnavas. Jaksa penuntut umum mengatakan bahwa resiko hukuman dua kali tidak akan melindungi Ieng Sary, karena dia tidak dituduh melakukan genosida dalam pengadilan saat ini. Mereka juga beralasan bahwa hukuman sebelumnya tidak dihasilkan oleh pengadilan yang pantas. Hukuman yang dijalani Ieng Sary yang lalu, dan amnesti yang diterimanya, merupakan salah satu dari masalah tipuan yang dihadapi para hakim pada pengadilan ini, yang pelaksanaannya dilakukan berdasarkan hukum campuran, yakni hukum Kamboja dan internasional. Ketakutan mengenai kesehatannya juga tergantung atas kebijakan pengadilan. Persidangannya Senin ditangguhkan agak awal karena diperkirakan seorang dokter mengatakan kepada hakim, bahwa dia terlalu sakit jika persidangan itu diteruskan. Ieng Sary telah beberapa kali menjalani perawatan di rumahsakit karena kondisi jantungnya, namun pihak penuntut umum mengatakan, masalah kesehatan tersebut merupakan cara untuk menghentikan pengadilan. Sekitar dua juta orang tewas akibat kelaparan dan kerja paksa, atau dibunuh, ketika Khmer Merah mengosongkan kota-kota di Kamboja dalam kaitan aksi-aksi pembunuhan untuk menciptakan utopia di bidang agraria. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008