Mereka membangun tugu peringatan secara swadaya di bahu ruas Jalan Trans Sulawesi di Kelurahan Mamboro, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu, yang tahun lalu juga kena hantaman tsunami, dan menamainya Tugu Tragedi 28 September 2018.
"Tugu itu mulai dibangun kemarin (Minggu) dan selesai hari itu juga. Hanya dikerjakan satu hari saja," kata Samsuddin, salah satu penyintas bencana, di kawasan Tugu Tragedi 28 September 2018, Senin pagi.
"Motor yang jadi ikon tugu itu milik salah satu korban bencana, biasa dipanggil Bobi," ia menambahkan.
Ia menuturkan, sepeda motor itu pada 28 September 2018 petang terseret tsunami yang menyapu dan meratakan tempat tinggal dan tempat usaha ribuan penyintas.
Tugu peringatan setinggi 2,5 meter itu menarik perhatian pengendara yang melintasi jalanan Kelurahan Mamboro, termasuk Muhammad.
"Setahu saya hanya di Kota Palu yang ada tugu untuk mengenang tragedi 28 September 2018 lalu itu. Di Kabupaten Sigi dan Donggala tidak ada," kata Muhammad, yang juga seorang penyintas.
"Padahal keberadaan ikon untuk mengenang bencana 28 September 2018 seperti tugu ini sangat penting agar menjadi peninggalan sejarah untuk generasi yang akan datang bahwa di daerahnya pernah terjadi bencana yang cukup dahsyat," ia menambahkan.
Keberadaan tugu peringatan semacam itu, menurut dia, juga bisa menarik wisatawan mengunjungi daerah-daerah yang tahun lalu kena dampak gempa besar, tsunami, dan likuefaksi termasuk Palu, Sigim dan Donggala.
Baca juga:
Korban gempa desak Pemkot Palu data kembali penerima bantuan
Bencana Palu 2018 tidak bisa jadi acuan untuk peta rawan bahaya
Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019