"Pertemuan Presiden (AS) Donald Trump dan Presiden (Iran) Hassan Rouhani menjadi nomor sekian. Prioritas utamanya adalah apakah kami dapat memulai kembali jalur deeskalasi dengan aktor yang berbeda," kata Jean-Yves Le Drian kepada awak media.
Prancis memimpin upaya Eropa untuk menyejukkan hubungan antara Washington dan Teheran, yang memanas. Namun upaya itu terhenti, dengan Iran mengurangi komitmennya terhadap perjanjian nuklir 2015 dengan negara besar dunia, sejak Washington mundur dari perjanjian tersebut tahun lalu dan menolak melonggarkan sanksi yang telah mencekik perekonomian Iran.
Serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi, di mana AS menuding Iran, juga memperumit masalah tersebut. Harapan pada akhir Agustus bahwa Trump dan Rouhani dapat bertemu di PBB tampaknya hal yang mustahil.
Iran membantah tudingan keterlibatan dalam serangan tersebut. Namun al Houthi Yaman, kelompok dukungan Iran yang memerangi koalisi pimpinan Saudi dalam perang sipil Yaman, mengaku bertanggung jawab atas serangan 14 September.
"Jalan menuju dialog sudah ada, namun parameter untuk perundingan telah dikurangi dan marginnya dipersingkat," kata Le Drian.
Prancis menggantungkan upayanya dengan menawarkan Iran jalur kredit senilai 15 miliar dolar AS yang bakal memungkinkan penjualan minyak milik Teheran, dengan imbalan Iran sepenuhnya kembali pada perjanjian nuklir dan membuka perundingan yang lebih luas tentang aktivitas nuklirnya di masa depan yakni program rudal balistik dan pengaruh kawasan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Jubir: Menlu Iran akhirnya hadiri Majelis Umum PBB
Baca juga: Indonesia mulai bertugas sebagai wakil presiden Majelis Umum PBB ke-74
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019