Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengharapkan Bank Indonesia (BI) tidak menaikkan suku bunga acuannya, BI Rate, karena kenaikan tersebut akan menambah beban dunia usaha. "Wacana kenaikan kembali BI rate sebaiknya dihindari agar tidak memperparah kondisi dunia usaha yang sudah babak belur akibat ongkos produksi yang terus meningkat, daya beli konsumen yang merosot, dan terjadinya krisis listrik," ujar Ketua Komite Tetap Moneter dan Fiskal Kadin Indonesia, Bambang Soesatyo, di Jakarta, Selasa. Dikatakannya, kenaikan BI Rate berturut-turut sebelumnya sudah membuat pengusaha "sesak nafas" karena pada saat yang bersamaan dihadapkan pada berbagai kenaikan, mulai dari harga BBM industri, tarif dasar listrik, bahan baku, serta biaya transportasi dan distribusi. Selain itu, mereka juga mendapat tuntutan kenaikan upah minimum para pekerja antara 25-30 persen dan kelangkaan pasokan listrik. "Kadin menyayangkan otoritas moneter tidak memahami kondisi para pelaku usaha saat ini yang baru saja mengalami pukulan bertubi-tubi," ujar Bambang. Bahkan pukulan itu belum sepenuhnya dapat diatasi dunia usaha saat ini. Ia berharap Dewan Gubernur BI tidak lagi mengambil jalan pintas dalam upaya meredam ekspetasi inflasi, dengan menaikan suku bunga acuan (BI rate) dari yg ada sekarang, sebesar 8,5 persen. "Tekanan inflasi `year on year` pada Juni 2008 yang diperkirakan hampir menyentuh 12 persen itu sebenarnya merupakan dampak kenaikan ongkos produksi dan kenaikan harga barang, serta terjadinya krisis listrik dalam satu bulan terakhir ini," katanya. Oleh karena itu, ia melihat kenaikan BI Rate bukan senjata pamungkas untuk meredam inflasi. Ia mengatakan pemerintah sebagai otoritas fiskal seharusnya yang bertugas menekan inflasi akibat tekanan harga atau "cost push" itu. Bambang mengatakan, menurut BPS saat ini kenaikan BBM yang telah memberi andil kenaikan inflasi sebesar 1,7 persen dan itu diperkirakan akan terus berlangsung hingga awal Juli 2008. Keseimbangan baru, kata dia, akan tercapai pada akhir Juli hingga Agustus 2008. (*)

Copyright © ANTARA 2008