Wilayah yang berkontribusi mengirim asap yakni SP Padang, Banyu Asin I, Pampangan, SP Padang, Pedamaran, Tulung Selapan, Cengal, Pematang Panggang, dan Mesuji.

Palembang (ANTARA) - Kabut asap yang semakin meningkat intensitasnya menyebabkan hingga sebanyak 18 jadwal penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang mengalami penundaan dan satu penerbangan dialihkan pendaratannya.

Executive General Manager Bandara Sultan Mahmud Badaruddin Ii, Fahroji, Minggu, mengatakan penerbangan tertunda akibat jarak pandang di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II hanya tersisa 200 meter atau terpendek semenjak asap mulai masuk ke Kota Palembang tiga pekan terakhir.

"Pukul 05.00 WIB jarak pandang masih 800 meter (aman), lalu pukul 06.00 WIB turun menjadi hanya 200 meter, baru normal kembali pukul 08.00 WIB yakni sudah 2.500 meter," ujar Fahroji kepada Antara.
Baca juga: Kabut asap menebal di Bandara Palembang, sejumlah penerbangan "delay"

Menurut dia, 18 jadwal penundaan tersebut terdiri dari tujuh jadwal kedatangan dan 11 jadwal keberangkatan, selain itu terdapat satu penerbangan terpaksa mendarat di Palembang setelah dialihkan karena tidak bisa mendarat di Jambi akibat kabut asap.

Di antara jadwal yang terpaksa tertunda yakni penerbangan maskapai Garuda rute Soekarno Hatta - Palembang. Pada rute tersebut, pesawat seharusnya tiba pukul 06.45 WIB, namun baru dapat mendarat di Bandara SMB II pukul 09.32 WIB atau terlambat 167 menit.

Sementara Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Bambang Beny Setiaji, mengatakan asap yang menyelimuti Kota Palembang berasal dari kebakaran hutan dan lahan di wilayah sebelah Timur-Selatan Kota Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen.

Baca juga: BMKG: Kualitas udara Palembang sentuh level berbahaya

"Wilayah yang berkontribusi mengirim asap yakni SP Padang, Banyu Asin I, Pampangan, SP Padang, Pedamaran, Tulung Selapan, Cengal, Pematang Panggang, dan Mesuji," ujar Beny.

Kabut asap diindikasikan dengan kelembapan yang tinggi dengan partikel-partikel basah di udara, hal tersebut disebabkan kondisi langit pada malam hari tanpa awan mengakibatkan radiasi permukaan bumi lepas keluar atmosfer.

"Akibatnya suhu di permukaan relatif dingin yakni 22-23 derajat celcius, namun pasca matahari terbit keadaan udara akan relatif labil sehingga partikel basah (kabut) maupun kering (asap) akan terangkat naik dan jarak pandang akan menjadi lebih baik," jelas Beny.

Baca juga: Komunitas Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II gelar Shalat Istisqa
Baca juga: Bandara SMB II Palembang raih empat penghargaan internasional

Pewarta: Aziz Munajar
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019