New York (ANTARA News) - Harga minyak mencapai rekor tertinggi 144 dolar Amerika Serikat (AS) per barrel Senin waktu setempat, akibat melemahnya dolar AS dan protes melambungnya biaya minyak mentah di Eropa, demikian laporan Reuters. Kontrak berjangka minyak utaman New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, ditutup turun 21 sen pada 140,00 dolar AS per barrel, tidak jauh dari rekor penutuoan tertinggi 140,21 dolar AS pada Jumat pekan lalu. Kontrak telah melambung ke sebuah rekor 143,67 dolar AS pada awal aktivitas perdagangan di tengah perdagangan yang rapuh. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus mencatat rekor historis puncak 143,91 dolar AS per barrel sebelum turun kembali pada 139,83 dolar AS, atau turun 84 sen dibanding hari sebelumnya. Tingginya harga minyak memicu protes ratusan sopir truk di seluruh Perancis, Senin, dengan menutup jalan raya utama dan menggertak lalulintas pulang pergi di sekitar Paris. Sementara itu, sebuah pertemuan minyak dunia diselenggarakan di Madrid untuk mencari penyebab tingginya harga minyak dan upaya-upaya mengatasinya. "Harga minyak metah telah terus meningkat, diberikan berlanjutnya pelemahan dolar AS terhadap mata uang utama lainnya," kata para analis pada konsultan energi John Hall Associates. "Ketegangan geopolitik juga jelas ... diberikan oleh berlanjutnya kerusuhan di Nigeria, menyusul berita serangan-serangan lainnya terhadap infrastruktur minyak negara itu dan memanasnya ketegangan antara Israel dan Iran." Di Nigeria, dua pria bersenjata tak dikenal dan dua warga sipil tewas terbunuh, dalam dua serangan pada Sabtu di selatan Pulau Bonny yang kaya minyak, Nigeria, kata seorang juru bicara militer Senin. Bonny dihuni beberapa perusahaan minyak dan gas multinasional dan juga pusat produksi multi miliaran dolar gas alam cair Nigeria. Produksi harian Nigeria telah berkurang sekitar seperempatnya akibat serangan-serangan, penculikan dan sabotase di wilayah tersebut dalam dua tahun terakhir. Di tempat terpisah, ketegangan di produsen minyak mentah Iran juga mendorong harga minyak naik. Di tempat terpisah, ketegangan produsen minyak mentah Iran dan ambisi nuklirnya yang dikatakan Teheran untuk tujuan damai, juga mendorong harga minyak naik. Komandan armada kelima angkatan laut AS, Senin, memperingatkan bahwa Amerika Serikat tidak akan mengizinkan Iran untuk menutup Selat Hormuz, laut teluk yang dilalui banyak pasokan minyak dunia. "Mereka tidak akan menutup itut... Mereka tidak akan diizinkan untuk menutupnya," kata Laksamana Madya Kevin J. Cosgriff dalam sebuah konferensi pers di Bahrain, dimana armada kelima bermarkas. Harga minyak global telah berlipat ganda dalam setahun terakhir dan telah naik hampir 50 persen sejak awal 2008, ketika menembus 100 dolar AS untuk pertama kalinya, memicu kekhawatiran inflasi dan pelambatan pertumbuhan ekonomi. Negara-negara konsumen menuduh harga minyak tinggi karena ketatnya pasokan di tengah menguatnya permintaan, dan kerusuhan di negara-negara produsen seperti Iran, Irak dan Nigeria. Terutama, mereka menuduh OPEC tidak memproduksi cukup minyak mentah. Namun ke-13 negara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), melemahnya dolar AS sebagai penyebabnya, karena mendorong permintaan minyak meningkat. Minyak dihargakan dalam dolar AS, dan menjadi lebih murah untuk para pemegang mata uang kuat non-dolar AS. Di Madrid, para produsen dan konsumen minyak terbesar dunia menyelenggarakan pertemuan empat hari "Kongres Perminyakan Dunia (WPC) Ke-19" yang dijadwalkan berlangsung sampai hari Kamis, akan menggali upaya-upaya untuk menenangkan pasar energi. Pertemuan WPC dilakukan sepekan setelah para peserta gagal menahan laju harga minyak pada pertemuan di Jeddah, Arab Saudi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008