Oleh Zeynita GibbonsBremen (ANTARA News) - Wajah Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara II, Tanjung Morawa Medan, Bhatara Moeda Nasution, tertunduk dan raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa kekecewaannya setelah mengikuti hari kedua lelang tembakau di balai lelang Bremer Tabakborse Bremen, Jerman, pekan silam. Baru setelah makan siang di kantin yang terletak di lantai satu balai lelang yang pernah berjaya pada 50 tahun lalu silam itu, Bhatara Moeda mulai tersenyum. Pada acara lelang pagi hari itu, sebanyak 1964 bal tembakau Deli asal Sumatera milik PT Perkebunan Nusantara II dihargai jauh dari harapan dan satu bal tembakau tidak laku terjual. Hari itu acara lelang yang dimulai pukul 9 pagi berakhir hingga pukul 2 siang. Lelang itu lebih panjang daripada biasanya karena debat panjang membutuhkan waktu tambahan agar tembakau Deli, yang sangat terkenal di dunia untuk bahan cerutu itu, laku terjual. Perayaan istimewa 50 tahun lelang tembakau Jawa dan Sumatera pada hari yang sama, 25-26 Juni, di tempat itu tidak membuat penjualan tembakau Sumatera tersebut lancar. Minuman anggur dan makanan kecil serta coklat bertuliskan "50 Tabak Einschreibung" dan gambar bendera merah putih kecil di atas gedung balai lelang, tidak mampu mengangkat harga tembakau asal kedua perkebunan tersebut. Pada hari pertama, lelang dihadiri pembeli yang datang dari berbagai negara, seperti Belanda, Denmark, Swis , Belgia, Jerman, Spanyol, dan dari Amerika Serikat. Ketika itu, tembakau Jawa milik PT PN 10 Surabaya sebanyak 702 bal laku. Para pengusaha cerutu terkemuka dunia, seperti Henri Wintermans Cigars, Royal Agio Cigars, De Olifant Nobel Cigars, Ermor Tabarama Brazil yang diwakili para brokernya seperti Hellmering, Kohne & Co, Perantara GmbH, dan St Cigar Group Holding B.V Belanda memasukkan tawarannya dalam amplop tertutup dalam kotak yang bertuliskan Gabote. Dalam ruangan seluas 100 kali 25 meter itu berderet meja panjang yang di atasnya terdapat daun tembakau kering yang dijadikan contoh. Sesekali para pengunjung balai lelang menyalahkan cerutu yang aromanya terasa kental dalam ruangan yang luas itu. Larangan untuk tidak merokok tidak berlaku di ruangan itu. Ada izin khusus untuk boleh merokok. Bahkan pada satu dinding terpampang stiker "Thanks you for smoking". Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara II Bharata Moeda Nasution mengatakan, walaupun hasil lelang belum menggembirakan, dia sangat puas dengan acara lelang tembakau Sumatera pada tahun ini. Menurut dia, bagaimana pun, penjualan itu harus disikapi dengan baik, karena hal itu dipengaruhi isu larangan merokok di Eropa sejak tahun lalu. Larangan itu, katanya, membuat pedagang tembakau perlu menimbang-nimbang untuk membeli tembakau sumatera. Selain itu, mekanisme pasar yang jauh dari harapan juga mempengaruhi ritme perdagangan. Itu, antara lain disebabkan menguatnya nilai Euro di pasaran, sedangkan para pengusaha mengalkulasi harga tembakau dengan nilai rupiah. Juga ada dugaan, stok yang dimiliki para pedagang tembakau masih banyak karena produksi cerutu belakangan ini turun. Sejarah panjang Acara lelang tembakau asal Sumatera dan Jawa di balai lelang Bremer Tabakborse Bremen memiliki sejarah yang panjang dan unik. Pernah pada suatu ketika, dalam setahun terjadi enam kali lelang. Sedangkan beberapa tahun belakangan hanya sekali setahun. Gedung yang berada di Speicherhof 1, 28217 Bremen, itu menjadi saksi kejayaan lelang tembakau Indonesia sejak 1959. Sebelumnya, pasar tembakau Indonesia dengan sistem lelang berousat di Rotterdam, Belanda. Kemudian dipindah ke Bremen, Jerman, akibat konfrontasi Indonesia dengan Belanda mengenai masalah Irian Barat. Pada 1959 pemerintah memutuskan seluruh tembakau bahan baku cerutu yang dilelang di Bremen adalah tembakau Sumatera milik PTPN II Tanjung Morawa, Medan, tembakau Jawa dari Klaten dan Jember milik PTPN X Surabaya dan tembakau Besuki milik swasta. Sebagai pelaksanaan lelang dengan sistem pemasaran terpusat itu dibentuk konsorsium pengusaha Indonesia dan Jerman (Deutsch-Indonesische Tabak Handelsgesellschaft mbH & Co KG/DITH) di Bremen. Direktur Utama Perantara GmbH Chandra Perpatih mengatakan, DITH bertugas mengelola dan melaksanakan pelelangan tembakau, sebagai hasil kesepakatan pihak Indonesia (PTPN II dan PTPN X) dengan Jerman (Bremer Gruppe, yang terdiri atas pedagang tembakau dan konsorsium bank di Bremen). Bremer Tabakborse didirikan tahun 1961, merupakan tempat pelelangan dan ruangan perkantoran yang dipergunakan DITH dan badan makelar tembakau Indonesia Perantara GmbH karena lelang tembakau harus melalui jasa makelar. "Bapak saya dulu menjadi Ketua Badan Pengawasan dan Pemasaran tembakau Indonesia di Luar negeri dari tahun 1967 hingga 1975," ujar Chandra Perpatih. Dia mengatakan, pada 1998 Tabakmissie yaitu Badan Pengawasan dan Pemasaran tembakau Indonesia di Luar negeri yang berada di bawah Departemen Perdagangan sempat ditutup karena adanya resesi. Tugasnya beralih ke Perantara GmbH. Perantara GmbH adalah satu-satunya makelar tembakau asal Indonesia yang diakui untuk ikut sebagai makelar utama di dalam penjualan, baik melewati lelang maupun penjualan langsung. Pada awal 1970 jumlah makelar yang terdaftar dan diakui Bremer Tabakborse berjumlah sembilan perusahaan dan pada kini tinggal empat perusahaan. Perkembangan usaha bidang jasa Makelar makin mengecil dan mengalami kemunduran dibanding dengan masa yang lampau ketika keseluruhan omset penjualan tembakau masih dapat menjamin eksistensi usaha. Dengan adanya perkembangan penurunan konsumsi cerutu yang berlangsung sejak permulaan 1970, volume dan omset keseluruhan penjualan tembakau cerutu secara berkesinambungan mengalami penurunan. Kepala Perwakilan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hamburg (Jerman), Teuku Darmawan, mengatakan bahwadalam dunia usaha terjadi pasang surut, dan menurunnya penjualan tembakau serta harganya adalah hal yang biasa. Namun, ia mengemukakan, dengan keberhasilan lelang tembakau selama 50 tahun di kota Bremen merupakan suatu kerjasama yang cukup panjang antara Balai lelang Bremen Tabakborse dengan para pengusaha tembakau dari Indonesia. Dia mengakui, dibentuknya DITH pada 1959 merupakan tonggak sejarah dari perdagangan internasional tembakau Jawa dan Sumatera. Menurut Teuku Darmawan, kerjasama perusahaan tembakau Indonesia dengan DITH telah memberikan kontribusi lebih dari 1,4 miliar Euro dan sekitar dua juta bal tembakau asal Sumatera dan Jawa dijual melalui balai lelang Bremer Tabakborse. Bagi banyak pihak, kelangsungan perdagangan itu terus memberikan keuntungan, walaupun jauh dari memuaskan dibandingkan pada masa kejayaan lelang tembakau Bremen, yaitu ketika satu bal tembakau setara dengan satu sedan Mercedes-Benz buatan Jerman. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008