Intinya pangan lokal Kalbar seperti umbi-umbian, potensinya sangat besar

Pontianak (ANTARA) - Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji saat menjadi narasumber dalam Seminar Hari Tani Nasional 2019 yang digelar BEM Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak mengajak mahasiswa untuk menanam tanaman pangan yang bernilai ekonomis.

"Untuk mengembangkan tanaman pangan para mahasiswa boleh memilih jenis tanaman pangan tertentu yang nilainya ekonomis, namun memiliki pasar yang sangat terbuka. Sehingga tanaman pangan tersebut dapat diekspose dan dapat ditanam serta dikembangkan oleh mahasiswa," ujarnya di Pontianak, Sabtu.

Ia mencontohkan seperti talas yang memiliki potensi yang sangat baik. Berbagai jenis talas tumbuh di Kalbar dan dapat dilihat hasilnya sangat memuaskan, serta memiliki pasar yang luas, seperti Malaysia.

"Malaysia memiliki talas yang terbatas, namun kebutuhannya melebihi dari yang mampu Kalbar ekspor. Sehingga peluangnya masih sangat besar," kata dia.

Baca juga: Akademisi ditantang hasilkan tanaman pangan adaptif cuaca ekstrem

Ia menyebutkan di Pontianak Utara memiliki talas umbi yang 1 hektarnya bisa menghasilkan 25 ton.

"Intinya pangan lokal Kalbar seperti umbi-umbian, potensinya sangat besar," kata dia.

Sutarmidji menyebutkan saat ini Kapuas Hulu akan mengembangkan singkong yang dijadikan bahan dasar tepung tapioka.

"Satu pohon target ekonomis nya kalau sudah bisa mencapai 30 kilogram, tapi mereka (singkong) bisa sampai 50 kilogram satu pohon. Ditanam harus tegak lurus tidak boleh miring sedikit pun," tambahnya.

Saat ini di Kapuas Hulu, singkong jenis tersebut sudah bisa mencapai berat 20 kilogram per pohon. Namun, terbentur masalah sertifikasi ketika Pemda ingin membatu persoalan bibit.

"Sedangkan lembaga yang mensertifikasi bibit singkong ini, lembaga yang mana," tanya dia.

Menurutnya, ini dapat menjadi peluang Fakultas Pertanian, untuk bisa mengambil peran sebagai lembaga sertifikasi bibit ini.

Ia juga menyampaikan jika semua sektor pertanian seharusnya bisa ditangkap sebagai peluang dan nilai tambah yang sekarang banyak terbuang. Dan seluruh komponen sektor pertanian harus diperbaiki. Saat ini masyarakat belum bisa menjadi modern, karena ketika diberikan alat mekanisasi pertanian tidak dapat dimanfaatkan dengan baik.

"Saya berharap Fakultas Pertanian sebagai lembaga intelktual yang keilmuan pertanian nya lebih baik, bisa menjawab tantangan yang ada saat ini. Sehingga para mahasiswa khususnya mahasiswa pertanian harus mampu untuk menghasilkan terobosan dari hasil penelitian tanaman pangan," kata dia.

Baca juga: UEA berencana tanam investasi tanaman pangan di Kalteng

Pewarta: Dedi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019