Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar M Jusuf Kalla menilai mantan Presiden Megawati Soekarnoputri kalah dalam pemilihan presiden 2004 lalu salah satunya karena tidak mau tampil berdebat."Kenapa Megawati dahulu kalah dalam Pilpres? Karena dia tidak mau tampil dalam debat-debat. Diam saja, sehingga orang tidak tahu apa pikiran-pikirannya, apa hebatnya," kata Ketum DPP Partai Golkar M Jusuf Kalla saat membuka Rakornas I Bappilu Partai Golkar di Jakarta, Minggu.Menurut dia, saat ini sudah bukan jamannya lagi kampanye pengerahan massa, namun eranya debat. Jusuf Kalla menjelaskan jika dengan kampanye rapat umum maka paling banter hanya puluhan ribu yang hadir. Namun dengan kampanye debat terbuka yang disiarkan media massa televisi maupun yang lainnya, maka akan dilihat oleh jutaan orang. "Meskipun debat paling-paling hanya meningkatkan suara 10 persen," kata Jusuf Kalla. Karena itulah Jusuf Kalla meminta para kader partainya di daerah-daerah menyiapkan tokoh-tokoh lokal yang mampu untuk berdebat guna hadapi pemilu 2009. "Sekarang eranya debat. Jadi setiap daerah perlu siapkan tokoh-tokoh untuk berdebat. Mungkin kita tak terlalu perlu tokoh karismatik. Kita butuh tokoh-tokoh karismatik yang mampu mengeluarkan pikiran-pikirannya," kata Jusuf Kalla. Menurut Jusuf Kalla pemilu 2009 tidak lagi pengerahan massa, namun banyak dilakukan dengan berdebat, beradu ide dan pemikiran. Contoh debat dalam pilkada di Jateng, tambah Jusuf Kalla menjadi kampanye yang efektif. "Karena itu tak perlu lagi slogan-slogan, walaupun slogan itu penting untuk solidaritas dan kebersamaan," katanya. Untuk itulah, tambah Jusuf Kalla para kader Partai Golkar harus lebih banyak belajar, lebih banyak membaca dan bertemu dengan masyarakat. Jusuf Kalla juga meminta para kader mempelajari lawan-lawan yakni parpol-parpol lainnya. "Kelebihan Partai Golkar itu teratur tetapi militansinya yang kurang. Dengan keteraturannya yang ada itu kita tingkatkan militansinya," kata Jusuf Kalla.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008