London (ANTARA News) - Israel perlu waktu setahun untuk menghancurkan program nuklir Iran atau negara Yahudi itu di masa depan menghadapi resiko serangan nuklir, kata mantan kepala badan intelijen luar negeri dalam satu wawancara yang diterbitkan di sini Ahad. Berbicara dengan suratkabar Sunday Telegraph, Shabtai Shavit, mantan pimpinan badan intelijen luar negeri Israel itu mengatakan, bahwa skenario kasus terjelek adalah bahwa jika Teheran mampu membuat senjata nuklir dalam tempo `sekitar setahun.` "Saat tersebut telah dijalani sampai dan temponya akan semakin pendek," katanya, seperti dikutip oleh suratkabar mingguan itu. "Sebagai petugas intelijen yang bekerja dengan skenario terburuk, saya bisa mengatakan kepada anda bahwa kami harus siap menghadapi hal itu. Kami hendaknya melakukan apa yang perlu dilakukan sebagai pihak yang bertahan, pihak yang melakukan ofensif, berkaitan dengan pendapat umum dari negara-negara Barat, jika mereka tidak memberlakukan sanksi-sanksi. Apa yang perlu dilakukan adalah tindakan militer." Iran telah menentang sanksi-sanksi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan tuntutan-tuntutan internasional untuk mendesak menghentikan program pengayaan uraniumnya, yang dicemaskan baik oleh Washington maupun Israel akan digunakan untuk membangun senjata nuklir. Tetapi Teheran membantah bahwa pihaknya bermaksud akan membuat bom, serta menjelaskan bahwa ambisinya di bidang nuklir hanyalah untuk mencukupi kebutuhan listriknya, untuk menghadapi makin meningkatnya jumlah penduduknya. Shavit juga menyerang kampanye pemilihan presiden AS antara kandidat dari Partai Republik John McCain dan calon Partai Demokrat Barack Obama, dengan mengatakan bahwa belakangan mereka tampaknya kurang menyetujui serangan militer Israel terhadap Iran. "Jika McCain terpilih, dia tidak akan mudah membuat keputusan untuk mendukung serangan itu," kata Shavit. "Jika Obama yang terpilih: tidak. Saya perkirakan dia juga tidak akan menyetujui serangan itu, sedikitnya tidak pada periode pertamanya di gedung Putih." Meskipun demikian, dia mengingatkan, bahwa persetujuan Amerika tidak diperlukan sebagai prasyarat bagi Israel untuk melakukan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran. "Manakala keputusan-keputusan itu terjadi, itu dilakukan demi keamanan nasional dan keberlanjutan keselamatan kami," ujarnya seperti dikutip AFP. "Persetujuan Amerika bukanlah satu prasyarat bagi kami," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008