Tenjolaya, Bogor (ANTARA News) - Evakuasi seluruh korban pesawat Cassa N-211-200 milik TNI-AU yang jatuh di lereng Gunung Salak Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar), di ketinggian 4.200 di atas permukaan air laut (dpal), pada Minggu, mendapat hambatan lagi, khususnya cuaca buruk, sehingga proses evakuasi melalui jalur udara dengan menggunakan helikopter kemungkinan besar sulit dilakukan. Bangkai pesawat nahas berpenumpang 18 orang --yang semuanya tewas dalam musibah itu-- Jumat (27/6) ditemukan tim SAR gabungan di dasar jurang hutan Tegal Lilin di lereng Gunung Salak, Desa Cibitung, Kecamatan Tenjolaya, pada titik koordinat, 06 derajat Lintas Selatan pada menit 41,340 dan 106 derajat Lintang Timur pada menit 43,270, serta radial 192 derajat berjarak sekitar sembilan nautical mile (NM) dari Pangkalan Udara (Lanud) Atang Sendjaya (ATS) Bogor. Wartawan ANTARA Riza Harahap dan Feru Lantara dari Pos Cibitung, Minggu, melaporkan, hingga pukul 09.00 WIB, kondisi cuaca masih berkabut tebal, dan helikopter yang akan mengevakuasi melalui jalur udara beberapa kali berusaha mendarat di helipad (landasan helikopter) pertama, belum berhasil. Untuk proses evakuasi itu, telah dibuat dua helipad. Helipad pertama berjarak 500 meter dari titik jatuh pesawat, yang jaraknya kurang lebih satu jam berjalan kaki dari Pasir Gaok, sedangkan helipad kedua berada di atas hutan pinus, yang jaraknya lebih kurang dua jam berjalan kaki dari helipad pertama. Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Ciomas, AKP Suryo Purnomo di lokasi Pos Cibitung kepada ANTARA News menjelaskan bahwa proses evakuasi telah dimulai sejak pukul 04.00 dinihari dengan sekitar 30 orang anggota Pasukan Khas (Paskhas) TNI-AU naik ke lokasi jatuhnya pesawat. Satu jam kemudian, yakni pukul 05.00 WIB, satu peleton anggota Polres Bogor juga menyusul, dan pukul 06.00 WIB, satu peleton pasukan dari Polwil Bogor juga menyusul. "Seluruh pasukan yang naik ke atas sejak pukul 04.00 WIB dinihari tadi untuk memperkuat tim evakuasi yang sudah `standby` sejak tadi (Sabtu, 28/6) malam," katanya. "(Proses evakuasi jalur udara) masih menunggu perkembangan. Kalau kabutnya cerah bisa melalui helipad pertama, dan kalau masih tebal, pilihannya adalah lewat jalur darat untuk menuju helipad kedua," kata Suryo Purnomo. Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau), Marsekal Madya I Gusti Made Oka, Sabtu (28/6) petang menjelaskan evakuasi 18 jenazah awak dan penumpang pesawat Cassa N-212 milik TNI-AU yang jatuh di hutan Tegal Lilin ditunda hingga Minggu pagi, karena terhalang kabut tebal. Penundaan evakuasi terpaksa dilakukan karena cuaca buruk dan medannya sangat berat. "Seluruh jenazah sudah berhasil dimasukkan ke dalam kantong mayat dan dievakuasi dari titik jatuh pesawat ke helipad darurat yang dibuat tim evakuasi. Karena cuaca buruk, helikopter tidak bisa mendarat di helipad darurat tersebut, sehingga terpaksa ditunda sampai Minggu pagi," katanya di lokasi helipad darurat cadangan di lereng Gunung Salak. Penundaan tersebut diputuskan I Gusti Made Oka pada Sabtu sore, setelah mendengar laporan dari tim gabungan evakuasi soal kondisi cuaca dan kondisi medan yang tidak memungkinan. Dikatakannya, dari laporan tim gabungan seluruh jenazah dievakusi dari titik jatuhnya pesawat ke helipad dilakukan dengan cara dibopong oleh petugas yang meluncur di tali dari satu pohon ke pohon lainnya. Karena di titik jatuhnya pesawat medannya sangat curam dan dipenuhi pohon-pohon besar dan berdaun lebat. "Untuk mengevakuasi dari titik jatuhnya pesawat ke lokasi helipad darurat sudah dilakukan dalam dua shorty. Kalau jenazah tersebut dinaikkan lagi dan dibawa melalui jalur darat, hampir tidak mungkin," katanya dan menambahkan pada saat cuaca cerah segera diarahkan helikopter mendarat di helipad darurat, untuk mengevakuasi jenazah. Karena helipad darurat yang dibuat di dekat lokasi jatuhnya pesawat Cassa tersebut, lokasinya tidak terlalu luas, sehingga hanya helikopter jenis Bolcow (berukuran kecil) yang bisa mendarat. "Rencana yang akan kita lakukan, jenazah di evakuasi dari helipad darurat menggunakan helikopter bolcow ke helipad Rindam Jaya di Desa Gunung Malang, Tenjolaya. Dari Helipad tersebut, di evakuasi ke Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, menggunakan helikopter jenis Super Puma," katanya. Guna mengevakuasi jenazah, TNI AU mengerahkan tiga jelikopter jenis Bolcow dan sebuah helikopter jenis Super Puma. Helikopter Bolcow hanya bisa mengevakuasi dua sampai tiga jenazah dalam satu kali terbang, sedangkan helikopter Super Puma bisa mengevakuasi sampai 10 jenazah. Pesawat Cassa N211-200 yang bermarkas di Skadron 4 Pangkalan Udara Abdulrahman Saleh, Jawa Timur, merupakan pesawat angkut ringan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pemotretan dan survey udara. Pesawat bernomor registrasi A2106 pada Kamis (26/6) sekitar pukul 9.23 WIB berangkat dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma menuju Bogor dengan misi pelatihan terhadap penggunaan kamera digital udara yang baru. Pada pukul 10.38 WIB, pesawat Cassa itu hilang dari radar Popunas dan melakukan kontak terakhir dengan menara pengawas Pondok Cabe pada pukul 10.50 WIB saat menuju Bogor. Pada pukul 11.10 WIB, pesawat sudah tidak bisa dihubungi oleh petugas menara pengawas di Lanud ATS Bogor. Pesawat itu mengangkut lima awak masing-masing Mayor (Pnb) Bendot Arjiyanto (Kapten pilot), Kapten (Pnb) Agung Priantoro (co pilot), Lettu (Pnb) Feby Fitrian, Lettu (Tek) Bambang Priyanto, dan Pelda Agus Susanto. Selain itu, pesawat juga membawa 13 penumpang yakni, Kolonel (Sus) AF Jafara, Kolonel (Pnb) Sulaksono, Letkol (Tek) Wahyu Hidayat, Letkol (Sus) SUpriyadi, Mayor (Sus) Susi, Kapten (Sus) Doni Wicaksono, dan Lettu (sus) Ronal. Tiga orang dari PT Aupia Perkasa yakni Gatot Purnomo, Saputra Sinaga dan Ami, serta tiga warga negara asing (WNA) yakni, Tan Hon King (Singapura), Kwong Ping Anthony (Inggris) dan Mahendra Kumar (India). (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008