Direktur Utama PT DAHANA (Persero) Budi Antono di Jakarta, Jumat mengatakan bersama Pupuk Kaltim telah melakukan studi banding dan kajian berbagai aspek seperti pasar, teknologi, peraturan perundangan, ketersediaan bahan baku dan sebagainya yang dibantu oleh konsultan independen bereputasi internasional.
"Untuk mendapatkan teknologi proses produksi amonium nitrat, kami telah menggandeng BPPT yang membantu perusahaan dalam menilai dan mengkaji berbagai aspek terkait pemilihan teknologi amonium nitrat serta merekomendasikan teknologi yang tepat yang akan dipakai dalam pabrik amonium nitrat yang akan dibangun tersebut," ujarnya.
Dipaparkan, pabrik Amonium Nitrat akan dibangun di Bontang, Kalimantan Timur, dengan kapasitas hingga 75.000 ton amonium nitrat per tahunnya.
"Diharapkan mampu menumbuh-kembangkan turunan industri lainnya, menghemat devisa dari impor amonium nitrat, menciptakan nilai tambah produk dalam negeri, dan tentunya menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia, utamanya masyarakat Bontang," katanya.
Pabrik amonium nitrat, menurut dia, sudah menjadi mimpi 30 tahun bangsa Indonesia, karena kemandirian industri pertahanan sangat penting bagi kedaulatan negara.
Sementara itu, Asisten Deputi Bidang Pertambangan Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Heri Purnomo menyampaikan dukungan dan dorongannya agar pabrik amonium nitrat itu terlaksana sesuai jadwal yang telah ditetapkan, karena pabrik pembuat bahan peledak industri pertambangan ini sangat penting bagi BUMN dan Indonesia pada umumnya.
"Kita berharap agar pembangunan pabrik ini dapat terealisasi tepat waktu untuk mendorong kemandirian industri bahan peledak dan pertahanan kita," katanya.
Rencananya, lanjut dia, pembangunan pabrik amonium nitrat yang dimenangkan tendernya oleh Konsorsium PT Wijaya Karya-Sedin Engineering Co. Ltd ini akan memakan waktu 30 bulan dan akan dimulai pembangunannya pada tahun ini.
Disebutkan, total investasi pembangunan pabrik amonium nitrat mencapai lebih kurang Rp1,1 triliun yang didapat dari kredit investasi BUMN perbankan ekuitas masing-masing pemegang saham.
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019