Berdasarkan data, di dunia ada tujuh jenis penyu, sementara yang enam jenis ada di negara kita. Tentunya kita harus bangga dan harus mempertahankan serta melestarikannya...
Cilacap (ANTARA) - Sebanyak 30 tukik (anak penyu) jenis lekang (Lepidochelys olivacea) hasil penangkaran dilepasliarkan di Pantai Sodong, Desa Karangbenda, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jumat sore.
Tukik yang dilepasliarkan itu pada awalnya hasil penangkaran seorang warga Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Cilacap.
Setelah itu melibatkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah, Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan Adipala, Pemerintah Desa Karangbenda, sejumlah organisasi pecinta alam, dan masyarakat setempat serta didukung Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak Maos.
Saat ditemui wartawan, warga Desa Karangbenda yang menangkarkan penyu tersebut, Jumawan mengatakan penangkaran yang dilakukannya berawal dari keprihatinannya terhadap telur-telur penyu yang sering ditemukan di pesisir selatan Kabupaten Cilacap, khususnya Kecamatan Adipala dan Binangun.
Menurut dia, telur-telur penyu lekang tersebut dijual nelayan dengan harga Rp2.000-Rp5.000 per butir karena banyak yang meyakini telur penyu itu bisa meningkatkan stamina pria dewasa meskipun hal itu belum terbukti secara medis.
Padahal, kata dia, penyu merupakan salah satu satwa yang dilindungi oleh undang-undang karena keberadaannya hampir punah.
"Kebetulan pada tanggal 18 Mei 2019, ada saudara yang menemukan telur penyu sebanyak 50 butir di Pantai Sodong. Selanjutnya telur-telur penyu itu diberikan kepada saya," kata dia yang juga Kepala Urusan Umum dan Perencanaan Desa Karangbenda.
Baca juga: Warga Kota Jayapura lepasliarkan penyu lekang ke alam
Baca juga: 100 ekor penyu lekang dilepasliarkan di pantai Bengkulu
Oleh karena prihatin, dia selanjutnya membuat tempat untuk menetaskan telur-telur penyu tersebut yang didesain secara alami.
Setelah menunggu selama 49 hari, kata dia, dari 50 butir telur yang ditetaskan, hanya 33 butir yang menetas namun tiga di antaranya mati.
"Normalnya, lama penetasan telur penyu itu 45 hari, namun karena pengaruh cuaca dan suhu, telur-telur itu baru menetas setelah 49 hari. Setiap harinya, saya harus mengeluarkan anggaran Rp10.000-Rp15.000 untuk membeli pakan berupa kerang-kerangan untuk tukik-tukik itu," katanya.
Jumawan mengatakan puluhan tukik yang telah berusia sekitar tiga bulan itu dalam penanganannya dilakukan tanpa bantuan orang lain. Selanjutnya diserahkan kepada BKSDA untuk dilepasliarkan di Pantai Sodong.
Dia mengharapkan dengan adanya pelepasliaran puluhan tukik yang disertai dengan sosialisasi yang dilakukan oleh BKSDA, masyarakat memahami bahwa penyu merupakan salah satu satwa yang dilindungi sehingga harus dijaga kelestariannya.
Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Provinsi Jawa Tengah Sutarno mengatakan pelepasliaran tukik sangat penting dilakukan terutama dalam rangka pelestarian penyu itu sendiri dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konservasi.
"Berdasarkan data, di dunia ada tujuh jenis penyu, sementara yang enam jenis ada di negara kita. Tentunya kita harus bangga dan harus mempertahankan serta melestarikannya. Tentunya peran dari masyarakat sangat penting sekali karena yang langsung berhubungan dengan pantai adalah masyarakat setempat," katanya.
Baca juga: WWF lepasliarkan 78 tukik lekang di Aceh
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019