Jika ingin bicara yang lebih fundamental, pemerintah harus memikirkan untuk melakukan penyesuaian kurikulum

Jakarta (ANTARA) - Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) menyebut ketersediaan tenaga talenta terampil merupakan salah satu kendala utama usaha rintisan (startup) di tanah air sulit berkembang menjadi unicorn.

"Itu diketahui dari hasil riset akhir 2018 yang dilakukan MIKTI di 17 kota di Indonesia," kata Sekretaris Jenderal MIKTI, M Andy Zaky di Jakarta, Jumat .

Riset yang dilakukan MIKTI menemukan para pengusaha rintisan kesulitan mencari talenta muda berbakat untuk mengembangkan usaha terutama saat penerimaan tenaga kerja baru.

Lebih jauh, riset yang dilakukan MIKTI mengungkapkan kendala tenaga talenta terampil tersebut lebih kepada aspek kualitas sumber daya manusia yang bisa berdaya saing dan bukan kuantitas.

"Kalau lulusan dari universitas sudah banyak, hanya saja kualitas talentanya belum sesuai kebutuhan bisnis usaha rintisan," katanya.

Baca juga: MIKTI luncurkan buku database startup 2018

Baca juga: Akademisi: keberlanjutan "start up" perlu ekosistem yang mendukung

Untuk itu, MIKTI mengatakan seharusnya pemerintah membuat program yang lebih terstruktur sehingga kualitas lulusan di Tanah Air sesuai kebutuhan pasar ekonomi digital.

"Jika ingin bicara yang lebih fundamental, pemerintah harus memikirkan untuk melakukan penyesuaian kurikulum," kata dia.

Kurikulum tersebut disarankan lebih kepada aspek atau bidang industri digital diantaranya desain grafis, informatika dan lain sebagainya.

Selain persoalan keterbatasan talenta, MIKTI menyebut usaha rintisan juga terkendala persoalan permodalan. Dalam hal ini, pemerintah disarankan mencari solusi agar bisa bertahan dan berkembang menjadi unicorn.

Hingga kini MIKTI mencatat terdapat 1.022 startup dan sudah terverifikasi, namun pada umumnya terkendala talenta dan modal agar bisa menjadi unicorn di Tanah Air.

Ia menambahkan hasil riset tersebut menemukan masalah pendanaan muncul pada fase skala mikro dan kecil sedangkan fase menengah dan besar tidak terlalu signifikan.*

Baca juga: Kemenristekdikti ajak ahli inkubator luar negeri dalam forum diskusi

Baca juga: Wapres JK: "Start Up Business" di Indonesia harus untung

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019