Washington, (ANTARA News)- Amerika Serikat dan Uni Eropa mengecam pemilihan presiden di Zimbabwe Jumat sebagai satu "tipuan". Negara-negara besar itu mengatakan mereka tidak akan mengakui, meski pemilihan Robert Mugabe, satu-satunya calon presiden menimbulkan perpecahan di kalangan pemerintah Afrika. Dewan Keamanan juga gagal mencapai kata sepakat menyangkut pernyataan bahwa pemilihan di Zimbabwe itu tidak sah karena adanya penentangan dari Afrika Selatan, yang hanya mengeluarkan sebuah pernyataan lisan, menyesalkan. Komisi Eropa mengatakan pemilihan itu, di mana Mugabe hanya satu-satunya calon setelah pemimpin oposisi Morgan Tsvangirai mengundurkan diri, sama sekali tidak sah atau tidak absah. Pemilihan hari ini adalah satu tipuan. Pemilihan itu cacat dan hasilnya juga cacat dan tidak berarti," kata seorang jurubicara komisi itu. Komisi Eropa , seperti juga PBB menganggap pemilihan ini tidak sah atau tidak absah. Proses pemilihan itu didominasi oleh satu kampanye aksi kekerasan dan intimidasi," kata jurubicara itu. Ketua kebijakan luar negeri EU Javier Solana mengatakan demokrasi kalah. "Rakyat Zimbabwe telah dirampas hak mereka untuk memberikan suara secara bebas dan menghilangkan martabat mereka. "Berdasarkan keadaan ini , dan dengan ancaman pada stabilitas kawasan yang timbul akibat situasi yang memburuk di Zimbabwe, saya percaya bahwa para penguasa Afrika yang terkait akan menarik konklusi yang diperlukan, demi kepentingan tidak hanya Zimbabwe tetapi seluruh Afrika." Di Kyoto, Jepang, para menlu Kelompok Delapan (G-8) negara-negara industri mengatakan mereka tidak akan mengakui kemenangan Mugabe itu. "Kami tidak akan menyetujui legitimasi satu pemerintah yang tidak mencerminkan keinginan rakyat Zimbabwe," kata Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Rusia dan AS. "Ada sentimen kuat di tempat ini sekarang bahwa apa yang terjadi di Zimbabwe sama sekali tidak dapat diterima dalam abad ke-21 dan harus diabaikan oleh masyarakat internasional," kata Menlu AS Condoleezza Rice kepada wartawan, demikian AFP. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008