Mulai sekarang, saya minta guru dan siswa untuk mempelajari penguasaan terhadap materi yang tersedia di portal Kemendikbud dan Rumah Belajar

Ranai, Kepulauan Riau (ANTARA) - Ratusan anak yang mengenakan seragam Sekolah Dasar duduk rapi, tangan mereka menggenggam perangkat tablet yang baru saja dibagikan pihak sekolah.

Sebagian lagi ada yang mengenakan seragam putih biru dan putih abu-abu. Jari-jari mereka sibuk bergerak ke atas dan ke bawah layar tablet. Sesekali mereka saling berbicara dan tertawa.

"Kami sedang mempelajari konten-konten yang ada di aplikasi," kata seorang siswa SD itu, Rully, di Ranai, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.

Masing-masing tablet sudah dipasang aplikasi Rumah Belajar. Aplikasi buatan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom Kemendikbud). Aplikasi itu menyediakan setidaknya lebih dari 40.000 materi pelajaran.

Materi pelajaran itu terdiri atas buku sekolah elektronik, bank soal, laboratorium maya, peta budaya, wahana jelajah angkasa, pengembangan keprofesian berkelanjutan, dan kelas maya.

Pemberian tablet tersebut merupakan bagian dari program digitalisasi sekolah yang diluncurkan di Ranai, Rabu (18/9). Kemendikbud memberikan tablet kepada 1.142 siswa, yang terdiri atas 508 siswa SD, 303 siswa SMP, 228 siswa SMA, dan 103 siswa SMK.

Baca juga: Mendikbud ajak sekolah manfaatkan Rumah Belajar

Bantuan TIK juga diberikan pada sekolah, yang terdiri atas komputer jinjing, LCD, "router", komputer, dan penyimpanan eksternal. Jumlah penerima bantuan 38 sekolah yang terdiri atas 25 SD, sembilan SMP, tiga SMA, dan satu SMK.

Digitalisasi sekolah merupakan terobosan baru yang dilakukan Kemendikbud, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam berbagai aspek sistem pengajaran.

Dengan digitalisasi sekolah maka akan mempermudah proses belajar mengajar, karena siswa akan mudah mengakses semua bahan ajar ataupun bahan ujian dari dalam satu jaringan.

Daerah 3T
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan pihaknya memilih Kabupaten Natuna sebagai tempat untuk meluncurkan program digitalisasi sekolah, karena memiliki capaian pendidikan yang cukup baik, meskipun berada di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T).

"Bagus tidaknya program digitalisasi sekolah ini, tergantung pada Kabupaten Natuna," kata dia usai meluncurkan kegiatan digitalisasi sekolah.

Dana yang dikeluarkan untuk membeli tablet dan perangkat TIK mencapai Rp3 miliar dan berasal dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) kinerja dan afirmasi.

Baca juga: Mendikbud luncurkan digitalisasi sekolah di Natuna

Ia menambahkan Presiden Jokowi memberikan arahan agar segera merealisasikan penggunaan TIK untuk mempercepat pemerataan pendidikan di daerah perbatasan.

"Sarana pembelajaran TIK ini ditujukan untuk mempermudah sekolah melaksanakan program digitalisasi sekolah, pada akhirnya pemerataan pendidikan dapat tercapai di Tanah Air," ucap dia.

Untuk mempersiapkan program digitalisasi sekolah, Kemendikbud membutuhkan waktu sekitar 1,5 tahun. Para guru diberikan pelatihan agar bisa memandu siswa dalam menggunakan tablet.

Selama ini, kata dia, siswa sudah menggunakan tablet atau gawai akan tetapi banyak digunakan untuk hiburan bukan untuk pembelajaran. Dalam hal ini, guru berperan dalam memberikan literasi digital pada siswa.

Siswa juga diminta untuk memanfaatkan Rumah Belajar tersebut, dengan harapan bisa mendapatkan informasi dari sumber yang terpercaya.

"Mulai sekarang, saya minta guru dan siswa untuk mempelajari penguasaan terhadap materi yang tersedia di portal Kemendikbud dan Rumah Belajar. Ini gratis tidak perlu membayar dan bisa menjadi tempat berinteraksi guru dan siswa, guru dengan guru, dan lainnya," kata Muhadjir yang juga mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.

Saat ini, lanjut dia, peran guru tidak lagi mengajar, akan tetapi juga bisa menguasai sumber pembelajaran. Tugas guru sebagai penghubung sumber, memfasilitasi melalui siber. Kemudian, yang penting guru harus menjadi penjaga gawang. Informasi yang membahayakan dan mengancam pikiran anak sangat besar.

Oleh karenanya, tidak ada pilihan lain bagi guru, harus menguasai TIK.

Baca juga: Kemendikbud mulai digitalisasi sekolah dari daerah 3T

Mendikbud Muhadjir juga meminta guru harus berlatih, baik dengan cara belajar sendiri maupun berkelompok.

Kepala Pustekkom Kemendikbud, Gogot Suharwoto, mengatakan melalui digitalisasi sekolah komunitas guru saling bekerja sama membuat materi pembelajaran secara digital.

"Mereka dapat mengunggah bahan ajar tersebut ke dalam jaringan untuk digunakan bersama. Membuat tes ujian harian dan melaksanakannya secara bersama-sama lintas sekolah dalam jaringan 'online' (dalam jaringan)," kata dia.

Program digitalisasi sekolah merupakan implementasi dari pembelajaran baru, yang disiapkan untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Karakteristik pembelajaran baru, di antaranya terpusat pada siswa, multimedia, keja sama, pertukaran informasi, serta berpikir kritis, dan pembuatan keputusan yang berlandaskan informasi.

Akses pendidikan
Bupati Natuna, A. Hamid Rizal, mengatakan wilayah itu terdiri atas kepulauan. Kondisi itu membuat akses dan mutu pendidikan antarwilayah berbeda.

"Kami sangat mendukung adanya program digitalisasi sekolah ini, karena menunjukkan komitmen yang besar dalam percepatan pemerataan pendidikan di Indonesia," kata dia.

Hamid menambahkan program digitalisasi sekolah merupakan upaya untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Kabupaten Natuna melalui dunia maya. Peningkatan SDM merupakan penggerak pembangunan pada masa yang akan datang.

Keterbatasan pendidikan, lanjut Hamid, kental terasa di daerahnya, terutama di bidang TIK. Sebagian besar wilayahnya belum melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).

"Kami terus berupaya memeratakan akses pendidikan, baik infrastuktur maupun TIK, di seluruh Kabupaten Natuna ini. Harapannya, SDM di kabupaten ini juga semakin baik," kata dia.

Kurangnya infrastruktur di kawasan Kabupaten Natuna dirasakan di Kampung Segeram yang mana hanya memiliki satu sekolah dan tidak memiliki aliran listrik, serta jaringan internet.

Meski demikian, digitalisasi sekolah tetap dilakukan dengan sistem luar jaringan, sehingga digitalisasi sekolah bisa dilakukan di daerah terpencil sekalipun.

Baca juga: Mendikbud dorong mondernisasi konten belajar digital Rumah Belajar
Baca juga: Mendikbud harap digitalisasi sekolah bisa atasi kesenjangan pendidikan

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019