Jakarta (ANTARA) - Kepala Kelompok Produksi Ternak di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Wahidin Teguh Sasongko mengatakan limbah pertanian pasca panen khususnya jerami dapat diolah menjadi jerami fermentasi sebagai solusi pakan ternak di saat sulitnya mencari rumput hijau karena kekeringan yang melanda.
"Jerami fermentasi itu mewakili atau mengganti rumput segar dengan nilai nutrisi hampir sama," kata peneliti muda Wahidin kepada ANTARA, Jakarta, Jumat.
Pada saat panen padi, jerami dapat diolah menjadi pakan ternak yang lebih bernutrisi dengan diawetkan dan difermentasi. Jerami fermentasi bisa bernutrisi lebih dari dua kali lipat dari jerami biasa.
"Kalau jerami biasa, protein bisa empat kalau jerami fermentasi bisa delapan atau 11 tergantung hasil fermentasi," ujar Wahidin.
Baca juga: Kementan tegaskan impor gandum bukan pengganti jagung
Batan berhasil mengembangkan pakan ternak berbasis fermentasi limbah hijau seperti jerami menggunakan mikroba starter yang dikenal dengan nama Microstar LA2. Jerami padi dipotong kemudian dimasukkan ke dalam tong biru untuk kemudian dicampur dengan mikroba starter, kemudian dibiarkan agar terjadi fermentasi.
Dengan teknologi itu, maka petani dan peternak dapat memanfaatkan limbah hasil pertanian untuk ketersediaan pakan ternak yang berkualitas dan tahan lama.
Sapi seberat 300 kilogram biasanya membutuhkan pakan rumput segar paling tidak sebanyak 30 kilogram, namun dengan jerami kering maka dapat diberikan hanya 9 kilogram sehingga lebih hemat dan nilai nutrisinya hampir sama.
"Di saat kekeringan, kita ada solusi teknologi pengelolaan pakan ternak yaitu pemanfaatan hijauan lain selain rumput, karena rumput biasanya tumbuh saat musim hujan. Dengan teknologi kita bisa memanfaatkan hijauan tersebut dengan dikeringkan dan diawetkan," ujarnya.*
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019