Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar mewaspadai dan berhati-hati terhadap dampak kekeringan meteorologis yang dapat ditimbulkan seperti kekurangan ketersediaan air bersih dan potensi kebakaran lahan di sebagian besar wilayah di Nusa Tenggara Barat.
"Dengan masuknya periode puncak musim kemarau di NTB, kami mengimbau masyarakat agar mewaspadai terhadap berbagai dampak yang dapat ditimbulkan, khususnya di daerah-daerah rawan kekeringan dan daerah dengan hari tanpa hujan lebih dari 60 hari," kata Prakirawan Cuaca BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat, David Sampelan, di Lombok Barat, Jumat.
Ia mengatakan pihaknya sudah menyebarluaskan informasi kepada masyarakat mengenai peringatan dini kekeringan di NTB. Informasi tersebut disebar melalui media sosial dan sarana informasi lainnya.
"Kami mengimbau agar waspada potensi kekeringan di daerah dengan hari tanpa hujan lebih dari 60 hari untuk sebagian besar wilayah Pulau Sumbawa, dan beberapa wilayah Kabupaten Lombok Barat bagian Utara, dan Lombok Timur bagian Selatan," ujarnya.
David menjelaskan kondisi iklim terkini di NTB, pada dasarian II September 2019 umumnya tidak terjadi hujan di seluruh wilayah NTB, kecuali sebagian kecil wilayah Pulau Lombok bagian timur.
Curah hujan tertinggi tercatat di Pos Hujan Pringgasela sebesar 75 milimeter (mm) per dasarian. Sifat hujan pada dasarian II September 2019 umumnya bawah normal kecuali sebagian kecil wilayah Pulau Sumbawa bagian selatan dengan kategori atas normal.
Ia menambahkan hari tanpa hujan berturut- turut umumnya dalam kategori sangat panjang (31-60 hari) hingga kekeringan ekstrem lebih dari 60 hari.
"Hari tanpa hujan terpanjang terpantau di Pos Hujan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat sepanjang 159 hari," katanya.
Terkait kondisi dinamika atmosfer, David menjelaskan ENSO saat ini berada pada kondisi netral. Sementara kondisi suhu muka laut di sekitar perairan NTB menunjukkan kondisi lebih dingin dibandingkan dengan normalnya.
Analisis angin menunjukkan angin timuran masih mendominasi di wilayah Indonesia. Pergerakan "Madden Jullian Oscillation" (MJO) saat ini tidak aktif di wilayah Indonesia. Kondisi tersebut mengurangi peluang terjadinya hujan di wilayah NTB.
"Peluang terjadinya hujan pada dasarian III September 2019 sangat rendah, dengan peluang terjadi hujan lebih dari 20 mm/dasarian umumnya dibawah 10 persen di seluruh wilayah NTB," ujar David.
Baca juga: 16 kecamatan di Sulut siaga bencana kekeringan meteorologis
Baca juga: Kekeringan meteorologis terpanjang landa Sumba Timur
Baca juga: Kekeringan meteorologis terpanjang landa tiga kabupaten di NTT
Pewarta: Awaludin
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019