Karena secara administrasi belum selesai
Jakarta (ANTARA) - Perum Bulog menyatakan impor daging sapi sebesar 30.000 ton dari Brazil baru terealisasi pada 2020 atau mundur dari penugasan yang diputuskan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan daging tahun ini.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan saat ini BUMN sektor pangan tersebut masih melengkapi persyaratan administrasi, seperti rekomendasi impor daging dari Kementerian Pertanian (Kementan) dan Surat Persetujuan Impor (SPI) dari Kementerian Perdagangan (Kemendag).
"Karena secara administrasi belum selesai dan menurut hitungan saya, penugasan yang 30.000 ton tahun ini mungkin tidak terealisasi," kata Budi Waseso atau akrab disapa Buwas di sela kegiatan peluncuran Beras Fortifikasi di Kantor Perum Bulog Jakarta, Jumat.
Baca juga: Kemendag sebut tiga BUMN belum ajukan izin impor daging Brazil
Baca juga: Berdikari: Impor daging sapi Brasil, tunggu rekomendasi Kementan
Setelah Bulog melengkapi seluruh administrasi, baru dilakukan pelelangan dan penentuan perusahaan pemenang lelang. Kemudian, proses mendatangkan daging sapi dari Brazil tentunya memakan waktu setidaknya 47 hari menggunakan kapal laut.
Oleh karena itu, menurut perhitungan Budi Waseso, pelaksanaan impor daging baru terealisasi pada Januari 2020. Namun, realisasi bisa lebih cepat jika rekomendasi impor dari Kementan sudah terbit.
"Kalau hari ini misalnya rekomendasi keluar, kemudian kita minggu depan sudah bisa lelang. Kita hitung minimal 47 hari perjalanan. Kalau mundur tidak bisa lagi, jadi lintas tahun," kata Budi Waseso.
Ada pun sesuai Rakortas di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Pemerintah memutuskan untuk memberi penugasan impor daging sapi sebanyak 50.000 ton.
Penugasan ditujukan pada tiga BUMN sektor pangan, yakni Perum Bulog sebanyak 30.000 ton, PT PPT sebanyak 10.000 ton dan PT Berdikari 10.000 ton.
Dari pemasukan 30.000 ton daging sapi Brazil tersebut, Perum Bulog merealokasikan 20.000 ton dari kuota impor daging kerbau India, sehingga kuota impor daging kerbau India Bulog berkurang dari 100.000 menjadi 80.000 ton.
Baca juga: Budi Waseso minta KPK tangani mafia penyalur beras BPNT
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019