Cibinong, Bogor (ANTARA) - Siswa SMP Negeri 4 Leuwiliang Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Muhammad Fahri Sugandhi berhasil menemukan alat sistem pengendalian banjir lingkungan (Sisdaljir) pada Gelar Inovasi Daerah 2019 di Aula Tegar Beriman, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jumat.
Teknologi pendeteksi banjir yang juga terkoneksi dengan gawai itu berfungsi memberikan pemberitahuan ketika banjir mulai melanda suatu lokasi. Berkat inovasinya itu, Fahri mendapat penilaian tertinggi dari dewan juri dengan skor 62,88 dalam kategori Pelajar SMP.
"Menarik ada sistem pengendalian banjir, inovasinya dari anak SMP, semacam early warning system. Misalkan ada air ketinggian berapa akan ada notifikasi. Jadi cukup hebat kalau ditemukan setingkat SMP," ujar Bupati Bogor, Ade Yasin saat hadir dalam Gelar Inovasi Daerah 2019.
Secara teknis, teknologi ini memberikan peringatan dini akan adanya bencana banjir. Peringatannya beragam, mulai dari potensi rendah, menengah, terparah.
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan sistem yang ditemukan oleh bocah SMP itu diadopsi oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor sebagai salah satu upaya penanganan bencana banjir. Tapi, ia akan terlebih dahulu melalukan penelitian lanjutan jika ingin menerapkannya.
"Mungkin kalaupun bisa skala besar, akan ada penelitian lanjutan, tugas Bappeda yang melakukan penelitian lanjutan," kata Bupati yang belum genap setahun memimpin Kabupaten Bogor itu.
Namun, yang pasti Ade Yasin akan mendaftarkan temuan-temuan dan teknologi yang lahir dalam kegiatan Gelar Inovasi Daerah 2019 ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJHKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).
"Kita daftarkan temuan mereka, sehingga idenya tidak dicuri. Diharapkan mampu menggerakkan semangat mereka untuk membantu Pemkab Bogor, mudah mudahan ada yang maju ke tingkat nasional," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor, Syarifah Sofiah sebagai pelaksana kegiatan mengapresiasi atas ide-ide yang lahir dari peserta.
Ketika ditanya akan menerapkan sistem pengendalian banjir di Kabupaten Bogor, perempuan yang akrab disapa Ipah itu menyebutkan bahwa bencana di Bogor tidak didominasi oleh banjir, melainkan tanah longsor.
"Kalau mau diterapkan di Kabupaten Bogor (teknologinya) perlu dikembangkan lagi. Banjir di Kabupaten Bogor tidak terlalu karena kita berada di hulu. Bencana kita lebih banyak longsor," kata Ipah.
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019