Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali dan Menteri Pertanian Anton Apriantono tidak merasa dituding oleh Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Syamsir Siregar sebagai anggota kabinet yang berbeda pendapat soal kenaikan harga BBM. Ditemui dalam acara pameran inovasi pelayanan publik di Parkir Timur Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat, Suryadharma mengatakan sebaiknya Syamsir Siregar langsung menunjuk orang yang dimaksud. "Saya kira tunjuk hidung saja. Itu lebih baik, janganlah seperti itu," katanya. Bila tidak disebut siapa yang dimaksud, ia khawatir dapat menciptakan kecurigaan di internal kabinet. Di tempat yang sama, Anton Apriantono menunjukkan sikap yang sama dengan Suryadharma. "Saya tidak ada urusannya dengan BBM. Kalau di DPR buat apa saya bicara BBM, ya pasti saya bicara tentang pertanian," katanya. Ketika ditanya apakah ia perlu mengklarifikasikan hal itu dengan Kepala BIN, Anton menyatakan tidak perlu. "Tidak perlu klarifikasi. Klarifikasi saja sendiri. Lagi pula bila ada apa-apa tentu saya dipanggil Presiden," ujarnya. Anton menambahkan sampai saat ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak menegur maupun membahas hal tersebut dengannya. Sebelumnya Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa menilai pernyataan Kepala BIN bukan untuk memecah belah kabinet. Hatta mengaku tidak tahu menteri yang menolak kebijakan pemerintah itu. "Cari tahulah kepada Kepala BIN," katanya. Mensesneg menegaskan saat ini menteri-menteri di Kabinet Indonesia Bersatu tetap solid. "Memang kadang-kadang saja ada dinamika di lapangan," kata Hatta. Kepala BIN Syamsir Siregar sebelumnya menyatakan ada menteri dari perwakilan partai politik yang menolak kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bahan minyak (BBM). Ia menyayangkan sikap menteri yang menyetujui kebijakan kenaikan harga BBM saat rapat kabinet namun berbicara lain di luar. Syamsir enggan menyebut nama menteri yang dimaksud.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008