New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia melesat menembus batas 140 dolar AS per barrel untuk pertama kalinya, Kamis waktu setempat atau Jumat dinihari WIB, setelah Presiden OPEC yang juga Menteri Energi Aljazair, Chakib Khelil, memperkirakan lompatan harga baru. Khelil mengatakan, harga minyak mentah yang telah meroket dalam setahun terakhir, dapat mencapai 170 dolar AS akhir tahun ini karena melemahnya dolar AS dan kerusuhan geopolitik. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, ditutup naik tajam 5,29 dolar AS pada 139,64 dolar AS per barrel, mencatat sebuah rekor akhir baru. Kontrak dalam perdagangan harian, semula sempat mencapai 140,39 dolar AS karena pasar mencerna prospek harga dari presiden OPEC. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus melompat 5,50 dolar AS menjadi mantap di posisi tertinggi selama ini pada 139,83 dolar AS. Brent semula sempat mencapai rekor 140,56 dolar AS dalam perdagangan harian, sebelum kembali sedikit menurun. Harga mengalami "rebound" kuat setelah jatuh lebih dari tifga dolar AS pada Rabu di tengah perdagangan yang rapuh. Meningkatnya harga inflasi meningkat di banyak negara di dunia. "Saya perkirakan mungkin harga mencapai 150 hingga 170 dolar AS pada musim panas ini," kata Khelil, Kamis dalam sebuah wawancara dengan saluran berita televisi France 24, seperti dikutip AFP. "Itu (pasar) mungkin akan sedikit turun kemudian pada akhir tahun." Presiden OPEC menambahkan bahwa melemahnya dolar AS menjadi penyebab utama melonjaknya harga minyak. Pelemahan mata uang AS membuat harga barang-barang dalam dolar AS, seperti minya, lebih murah bagi para pembeli yang menggunakan mata uang kuat, sehingga mendorong spekulasi permintaan minyak. Khelil juga menunjuk Barat "yang mengancam Iran" atas kekuatan nuklirnya, menjadi faktor pendorong lainnya kenaikan harga minyak dunia. Harga minyak telah naik lebih dari dua kali lipat dalam setahun terakhir. "Jika itu (ancaman) meningkat, Saya pikir harga minyak akan naik lagi dalam musim panas ini karena akan mendorong permintaan bensin menguat, terutama di Amerika Serikat," kata Khelil. Permintaan bensin secara tradisional meningkat di Amerika Serikat,importir minyak terbesar dunia, selama bulan-bulan musim panas karena orang-orang Amerika beperkian untuk berlibur. Presiden OPEC mengatakan bahwa Organisasi Negara Eksportir Minyak siap memenuhi setiap tambahan permintaan untuk minyak mentah di awaktu mendatang. OPEC memproduksi sekitar 40 persen dari minyak dunia. Harga minyak telah mendingin pada Rabu, setelah survei pemerintah AS menunjukkan kenaikan cadangan energi tak terduga di Amerika Serikat. Departemen energi AS mengatakan cadangan minyak mentahnya meningkat untuk pertama kalinya dalam enam pekan, 800.000 barrel, dalam pekan yang berakhir 20 Juni. Para analis memperkirakan sebuah penurunan sebesar 1,1 juta barrel. "Laporan juga memperlihatkan rata-rata permintaan bensin untuk empat pekan turun 2,1 persen dari setahun lalu; ini menunjukkan lebih banyak orang yang menanggapi tingginya harga minyak," kata Nimit Khamar dari perusahaan broker Sucden.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008