Manila, (ANTARA News) - Pemerintah Filipina Jum`at mengatakan bahwa kapal induk pengangkut pesawat terbang USS Ronald Reagan tidak akan memasuki wilayah perairan Filipina setelah wilayah tersebut dilabrak badai topan Fengshen di tengah-tengah munculnya kontroversi mengenai keabsahan kapal tersebut memasuki kepulauan itu. "Kapal induk ini tidak melepas jangkar di wilayah perairan Filipina. Tapi melewati sekitar di luar wilayah kita dan mengirimkan pesawat-pesawat terbang atau helikopter serta pesawat-pesawat kecil untuk membantu operasi-operasi penyelamatan," kata Wakil Jurubicara Kepresidenan Filipina, Anthony Golez Jr. pada acara TV Jum`at pagi. Pada awal pekan ini, Presiden Amerika Serikat George W. Bush memerintahkan langsung kapal induk itu guna membantu pemerintah Filipina dalam operasi-operasi pertolongan terhadap daerah-daerah di negara itu yang dilanda topan Fengshen. Serangan angin topan itu menyebabkan sedikitnya 622 orang tewas dan lebih dari 900 lainnya hilang di Filipina. Golez mengatakan pemerintah AS telah menjelaskan kepada Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo, bahwa kapal tersebut tidak akan memasuki perairan wilayah Filipina dan Presiden Arroyo memahami bahwa Konstitusi Filipina melarang terhadap adanya senjata-senjata nuklir di kawasannya. "Kami perlu menandaskan bahwa kapal itu difokuskan untuk misi kemanusiaan, dan bantuan itu bisa diterima oleh presiden," kata Golez. USS Ronald Reagan adalah kapal induk AS pembawa pesawat-pesawat tempur yang terdiri kapal angkut, pemburu dan tiga kapal perusak serta satu frigate. Golez mengatakan kapal induk akan berada di dekat wilayah perairan Filipina pada jarak `sejauh yang diinginkan.` Jurubicara presiden itu juga mengatakan, bahwa kapal induk tersebut tidak akan dilibatkan langsung dalam operasi-operasi pencarian dan penyelamatan atas kapal ferri yang karam tersebut. Akibat amukan Fengshen kapal ferri M/V Princess of the Stars yang berlantai tujuh itu tenggelam. Sementara itu satu kapal AS lainnya, yakni kapal penyelamat, akan turut bergabung dengan pemerintah Filipina dalam operasi-operasi penyelamatan tersebut, kata Golez menambahkan, demikian Xinhua. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008