"Di Merauke masih ada sekitar 15 titik api. Kemudian di Seram Utara ada 4," katanya usai mengikuti acara Sosialisasi Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Jakarta, Kamis.
Selain di Merauke di dan Seram Utara, titik api juga, kata dia, ditemukan di Ambon, Papua Barat dan Manokwari Selatan meski dia tidak menyebutkan secara pasti jumlahnya.
Ia mengatakan kebakaran tersebut terjadi di atas tanah mineral sehingga apinya tidak besar dan tidak dengan cepat meluas seperti yang terjadi pada kebakaran di atas gambut yang biasanya berlangsung lebih lama.
"Jadi tanpa dipadamkan pun sebenarnya bisa mati dengan sendirinya," kata dia.
Baca juga: Cegah kebakaran gambut meluas di Mukomuko, alat berat dikerahkan
Meski kebakaran tersebut dapat padam dengan sendirinya, tetapi pemerintah daerah setempat tetap mengupayakan pemadaman yang dilakukan dengan memberdayakan masyarakat setempat dengan membentuk kelompok masyarakat peduli api yang akan diturunkan begitu mereka menemukan adanya titik api.
"Jadi mereka dekat dengan sumber api. Jadi ketika api masih kecil, api-api tersebut bisa dengan cepat dipadamkan. Jadi lebih mudah penanganannya," tuturnya.
Meski dapat segera dikendalikan, perilaku warga yang suka membakar semak untuk berburu masih sulit dihentikan sehingga titik api baru kembali muncul terus menerus.
"Jadi masyarakat itu kadang muncul di tempat lain, ya iseng lagi, bakar lagi," kata dia lebih lanjut.
Oleh karena itu, pemerintah setempat, katanya, terus mengajak masyarakat untuk melakukan pencegahan selain juga sosialisasi dan mengimbau mereka untuk tidak melakukan pembakaran, yang bagi masyarakat setempat sudah menjadi kebiasaan.
"Di terminal, perkampungan, kadang juga di pinggir jalan, semacam peringatan supaya jangan melakukan pembakaran, apalagi musim kemarau seperti ini," katanya.
Baca juga: 500 perusahaan pemegang konsesi hutan diajak KLHK cegah karhutla
Baca juga: BPDPKS minta perusahaan penyebab karhutla ditindak tegas
Pewarta: Katriana
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2019