Tokyo (ANTARA News) - Negara-negara di Asia Tenggara kini semakin memperoleh mitra yang berkualitas dalam meningkatkan kualitas sistem pendidikan jarak jauh berbasis internet, dengan ditandatanganinya nota kesepahaman dengan Universitas Kieo, yang juga mitra dari UNESCO."Penandatangannya akan dilangsungkan besok, pada hari Jumat, sehari setelah Universitas Kieo melakukan kerja sama dengan UNESCO," kata Direktur Organisasi Kementerian Pendidikan ASEAN (SEAMOLEC), Gatot Hari Priowirjanto di Tokyo, Kamis.Penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara Universitas Kieo dan SEAMOLEC, menurut rencana akan berlangsung di Roppongi Academy Hills, Tokyo, tempat yang sama saat dilangsungkannya kerja sama Universitas Kieo dan UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB)."Berbeda dengan UNECSO yang lebih mengarah ke perguruan tinggi, kerjasama SEAMOLEC ditujukan bagi tingkat menengah dan tinggi," kata Gatot lagi. Ia pun menjelaskan mengenai dua program kerja yang disebut "Mitra 500" dan "Mitra 150". Mitra 500 merupakan kerjasama pendidikan jarak jauh melalui internet atau telekonferensi bagi 500 sekolah menengah dan sekolah kejuruan di negara-negara ASEAN. Namun sebanyak 350 sekolah di antaranya ditujukan di kabupaten-kabupaten di Indonesia. Sedangkan Mitra 150, merupakan kegiatan serupa bagi tingkat universitas, khususnya di Laos, Filipina, Vietnam, Kamboja, dan Indonesia. Namun sebanyak 70 universitas berasal dari Indonesia, sisanya tersebar di antara empat negara lainnya tadi. "Selain itu, ada program yang disebut Mitra 7000, yang khusus untuk meningkatkan kualitas bagi guru-guru SD dan SMP," katanya. Universitas Kieo merupakan perguruan tinggi yang membidani kelahiran proyek "School on Internet di Asia", atau dikenal dengan SOI Asia, yaitu program perkuliahan lewat internet bagi 27 perguruan tinggi di 13 negara, termasuk Indonesia. Melalui proyek itu, diharapkan lahir pakar-pakar dan peneliti yang berkualitas guna memajukan Asia. Lima perguruan tinggi Indonesia yang terlibat adalah ITB Bandung, Universitas Hasanuddin Makassar, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Sam Ratulangi Manado, dan Universitas Syah Kuala Banda Aceh. Pentingnya proyek SOI, terbukti saat terjadinya bencana tsunami di Aceh beberapa waktu lalu. Seratus staf pengajar Universitas Syah Kuala meninggal, sehingga mengancam kelangsungan perkuliahan di perguruan tinggi tersebut. SOI Asia pun dengan cepat membantu mengatasinya dengan menyediakan para staf pengajar dari 27 universitas anggota SOI agar fungsi perkuliahan tetap berjalan baik, tentu saja lewat internet dan telekonferensi. Perguruan tinggi mitra SOI Asia di antaranya Nara University (Jepang), Laos National University, University of Computer Studies, Yangoon, Chulalongkorn University dan Asian Institute of Technology (Thailand), University Sains Malaysia, University of San Carlos (Filipina), Temasek Polytechnic (Singapura), dan Mongolian University of Science and Technology.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008