Tokyo (ANTARA News) - Lima perguruan tinggi Indonesia bersama Universitas Keio Jepang, kini masuk dalam jaringan pendidikan berbasis Internet milik UNESCO, sehingga mempercepat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara global melalui pendidikan jarak jauh. Kerjasama tersebut tertuang dalam nota kesepahaman (MoU) antara Universitas Keio, yang menjadi koordinator program "School on Internet" di 27 perguruan tinggi Asia Tenggara, dan UNESCO yang berlangsung di Roppongi Academy Hill, Tokyo, Kamis. Penandatanganan langsung dilakukan oleh Rektor Universitas Keio, Yuichiro Anzai, dan Direktur UNESCO Jakarta, Hubert Gijzen, serta disaksikan oleh para pimpinan perguruan tinggi se-ASEAN, termasuk dari Institut Teknologi Bandung (ITB). "Kerjasama ini kiranya dapat memajukan pendidikan di Asia menuju tingkatan yang lebih mengglobal. Apalagi UNESCO merupakan lembaga yang banyak memiliki bahan-bahan dan tenaga pengajar berkualitas," kata Anzai. Sementara itu, Hubert Gijzen mengatakan, kerjasama ini dapat memobilisasi ilmu pengatahuan dan teknologi demi terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan di Asia dan Pasifik. "Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting khususnya dalam menjawab tantangan bagi pembangunan yang berkelanjutan seperti upaya mencapai tujuan pembangunan millennium, perubahan iklim, pengelolaan sumber daya alam serta penanggulangan bencana alam," ujarnya. Gijzen juga menekankan pentingnya kerjasama pendikan melalui "kelas jauh" ini, karena dapat menciptakan suatu "quantity leap` dan juga "quality leap", yaitu lompatan yang besar dalam memenuhi tuntutan akan kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan itu sendiri. Profesor di bidang bio-teknologi itu menjelaskan, pembentukan jaringan pendidikan internet antara UNESCO dan Universitas Keio akan membuka kesempatan bagi pendidikan di Asia dan Pasifik kepada banyak orang, sehingga diharapkan mampu menghasilkan sumber daya pendidikan yang kuat. "Pada kesempatan yang sama, kalangan intelektual ini juga bisa langsung memperoleh bahan-bahan perkualiahan dan riset yang berkualitas, termasuk nara sumber yang berkualiatas juga," kata pria berkebangsaan Belanda itu.Menurut Wakil Rektor Senior Bidang Akademik ITB, Adang Surahman, program kerjasama itu merupakan terobosan dan jalan pintas di bidang pendidikan yang cukup berarti karena menutupi kekurangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Adang mengemukakan, dengan adanya kelas jauh ini, tuntutan seperti adanya keharusan akan ruang kelas, pengajar dan peralatan peraga bisa teratasi melalui jaringan internet dan layar lebar saja. "Namun kendalanya di Indonesia adalah sarana dan kualitas teknologinya masih belum merata. Kalau sudah lancar, baru betul-betul bisa mengatasi banyak hal tadi," ujarnya. UNESCO sendiri memiliki program yang dikenal dengan sebutan jejaring pendidikan tinggi di Indonesia atau Indonesian Higher Education Network (Inherent), yaitu suatu program belajar mengajar melalui Internet di 140 universitas di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. "Kerjasama dengan Universitas Keio akan mempertemukan universitas itu ke dalam kerjasama pendidikan yang berkualitas, baik dari segi tenaga pengajarnya maupun hasil-hasil risetnya," kata Hubert Gijzen. Universitas Keio membidani kelahiran program "School on Internet-SOI" yang beranggotakan 27 perguruan tinggi dari 13 negara, termasuk lima perguruan tinggi Indonesia. Kelimanya adalah ITB Bandung; Universitas Hasanuddin Makassar; Universitas Brawijaya Malang; Universitas Syah Kuala Banda Aceh, dan Universitas Sam Ratulangi Manado. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008