Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, mengatakan rupiah kemungkinan sulit untuk bisa mencapai angka Rp9.000 per dolar AS, karena memerlukan dukungan yang sangat kuat untuk bisa mencapai ke arah itu. "Kenaikan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini berkat dukungan dari investor asing yang membeli Surat Utang Negara (SUN), sehingga mampu mencapai posisi Rp9.220 per dolar AS," kata Edwin di Jakarta, Kamis. Menurut dia, sentimen positif dari pembelian obligasi pemerintah itu hanya terjadi dalam beberapa hari saja, yang didukung oleh harga minyak mentah dunia yang tidak begitu bergejolak. Jadi eforia yang masih berlangsung membawa rupiah berada dalam level yang aman, sehingga posisinya jauh di bawah angka Rp9.300 per dolar AS, katanya. Rupiah, lanjut dia, dikhawatirkan akan mendapat tekanan pasar menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) di tanah air yang akan digelar pada 2009. Apabila Pemilu itu berjalan dengan aman dan tenang, maka gejolak terhadap rupiah tidak akan besar dan posisinya juga diperkirakan masih stabil, katanya. Bahkan, sejumlah investor asing yang berminat meningkatkan investasinya juga masih menunggu dan mereka hanya bermain di pasar dalam jangka pendek karena ingin mengetahui apakah Pemilu berjalan dengan lancar. "Kami optimis Pemilu itu akan berjalan dengan lancar sebagaimana yang terjadi pada tahun lalu yang memberikan gambaran bahwa bangsa ini semakin dewasa dan profesional," katanya. Laju inflasi yang tinggi pada tahun ini juga sebenarnya memberikan gambaran bahwa ekonomi nasional masih belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, meski pemerintah telah berusaha melalui perbankan untuk menyalurkan kredit kepada Usaha Kecil dan Menengah lebih aktif lagi. Penyaluran kredit melalui perbankan kepada UKM dalam upaya meningkatkan roda perekonomian nasioanal agar tetap tumbuh dan berjalan dengan baik, ucapnya. Namun berbagai masalah yang terjadi di dalam negeri seperti kasus Kejaksaan dimana sejumlah pejabatnya terlibat korupsi dan masalah Indosat, menunjukkan di birokrasi masih terjadi hal-hal yang negatif. Karena itu investor asing masih menunggu, apakah pemerintah Indonesia bisa mengatasi berbagai masalah itu, sehingga mendorong minat asing untuk menginvestasikan dananya bisa lebih cepat, tuturnya. Meski demikian, rupiah akan mendapat dukungan dari Bank Indonesia (BI) yang akan tetap berada di pasar, karena BI memiliki cadangan devisa yang cukup besar akibat naiknya harga bahan pangan. (*)

Copyright © ANTARA 2008