Pekanbaru (ANTARA) - Anak-anak yang jatuh sakit akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, selama sebulan terakhir semakin banyak, sehingga perlu penanganan serius.
Berdasarkan pantuan ANTARA di posko kesehatan korban kabut asap di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Kementerian Sosial di Pekanbaru, Rabu, dalam hari ini ada dua korban dari balita dan bayi yang sakit cukup parah akibat terpapar asap.
Baca juga: 3.034 siswa di Palangka Raya terpapar kabut asap
Salah satu korban bernama Zikra, balita berumur dua tahun lima bulan, yang datang dalam kondisi sesak nafas. Sejak pagi hingga sore hari, anak dari pasangan Roni Kurniawan dan Marvel itu harus menghirup oksigen dari tabung menggunakan selang yang dimasukan ke hidungnya.
“Sudah dua hari ini sesak nafasnya,” kata Marvel (27), ibu korban, warga Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir, Pekanbaru.
Baca juga: 355 orangutan di pusat rehabilitasi terancam terpapar kabut asap
Ia mengatakan anaknya kerap bermain di luar saat dititipkan ke rumah neneknya, sedangkan kedua orangtuanya bekerja. Kemarin Zikra sempat dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) di Puskesmas setempat akibat sesak nafas, dan mendapat penanganan nebulizer. Pada pagi ini anaknya sesak nafas lagi dan Ketua RT menyarankan Zikra dibawa ke BRSAMPK karena dinilai fasilitasnya cukup lengkap.
Marvel memutuskan untuk mengungsi ke posko kesehatan itu bersama Zikra dan anak pertamanya yang bernama Felni, yang berusia 7 tahun.
Baca juga: Kabut asap ganggu penerbangan Bandara Hang Nadim, 1 batal terbang
“Biarlah saya mengungsi di sini, saya tinggalkan dulu kerja saya di rumah makan. Biarlah saya kehilangan pekerjaan, saya pilih anak saya,” kata Marvel sambil membelai anaknya.
Kepala BRSAMPK Pekanbaru, Sutiono, mengatakan posko kesehatan tersebut mulai dibuka pada 15 September lalu dan hingga kini sudah puluhan warga mendapat pengobatan gratis dan beberapa ada yang mengungsi akibat kabut asap.
“Warga ada yang mengungsi ke sini, biasanya menginap pada malam hari karena asap pekat waktu malam. Pagi mereka bekerja,” katanya.
Ia mengatakan selain balita bernama Zikra, ada satu bayi berusia lima bulan yang akhirnya dirujuk ke rumah sakit umum pemerintah karena mengalami sesak nafas. Diduga bayi tersebut juga sakit akibat terpapar kabut asap karhutla.
“Ada satu bayi sudah kami rujuk ke RS Petala Bumi pagi tadi,” kata Sutiono.
Ia menjelaskan posko tersebut menyediakan fasilitas tempat tidur lipat, kasur, mainan untuk anak-anak dan dua tenaga dokter. Di sana juga disediakan obat, vitamin dan tabung oksigen yang bisa didapatkan dengan gratis.
“Warga yang menginap di sini juga dapat makanan gratis,” katanya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, sedikitnya 144.219 warga menderita ISPA akibat kabut asap Karhutla di Kalimantan dan Sumatera, dan di Riau sendiri ada 15.346 penderita dari kurun waktu 1 hingga 15 September 2019.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019