Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Rabu pagi, menguat mencapai angka Rp9.250 per dolar AS, karena pelaku membeli rupiah sambil menunggu diumumkannya hasil pertemuan Bank Sentral AS (The Fed). "Kenaikan rupiah yang cukup besar karena pelaku asing aktif membeli Surat Utang Negara (SUN), sehingga kebutuhan dolar bagi BUMN seperti Pertamina dapat terpenuhi," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Rabu. Nilai tukar rupiah naik menjadi Rp9.250/9.255 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.266/9.272 per dolar AS atau naik 16 poin. Dikatakannya, aksi beli rupiah oleh pelaku juga karena pelaku optimis The Fed diperkirakan dalam pertemuan itu tidak akan menaikkan suku bunganya yang saat ini masih mencapai 2 persen. "Kami optimis The Fed akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga AS pada level 2 persen," ujarnya. Rupiah, lanjut dia, kemungkinan akan kembali menguat melewati angka Rp9.250 per dolar AS, karena sentimen positif dari penawaran obligasi pemerintah mendapat respon pasar terutama dari asing. Investor asing berminat membeli SUN itu, karena selisih bunga rupiah terhadap dolar AS cukup besar, ucapnya. Menurut dia, pelaku membeli rupiah, karena mereka melihat pertumbuhan ekonomi AS masih lesu, bahkan krisis keuangan yang diperkirakan sudah berlalu masih terjadi di AS seperti Lehman Brother yang mengalami kerugian. Apalagi sejumlah investor asing juga aktif menginvestasikan dananya di pasar domestik dalam upaya mencari lahan baru yang lebih baik, katanya. Kenaikan rupiah itu juga didukung oleh melemahnya harga minyak mentah dunia yang sebelumnya sempat mencapai 138,75 dolar AS per barel kini turun menjadi 136,81 dolar AS. Merosotnya harga minyak mentah itu, setelah Arab Saudi menjamin akan menaikkan produksi minyak mentah untuk menekan harga, katanya. Dolar AS di pasar global stabil terhadap yen pada 107,78 dan euro pada 1,5675, euro terhadap yen mencapai 167,88. (*)
Copyright © ANTARA 2008